BENAR benar “kentang” alias “Kena Tanggung” dibikin tim sepakbola kampung bosar yang dilatih Incek Iyong. Lagi bagus bagusnya tiba tiba batal tanding.
Dalam turnamen kemarin hampir juara, sepekan lagi akan main lanjutan turnamen di balik semenanjung itu Incek Iyong melapor ke pengurus kalau hampir seluruh pemain terserang virus. Tim pun tak berangkat padahal sponsor sudah menyiapkan super jetski untuk transportasi.
Kekecewaan pun menjalar sampai ke dusun Alang Bobal. Koko Chiepit dengan talenta gamblernya menelaah perjalanan Incek Iyong sejak melatih, mengupas kemajuan tim sepakbola kampung bosar sampai kepada lika liku turnamen dan kompetisi yang sudah dijalani. Di turnamen barusan urusan kalah dan menang serta nyaris juara tersajikan secara spektakuler, kontraversial, dan misterius.
Akan tetapi, urai Chiepit, harus digarisbawahi tim yang seperti itu modal dasar utamanya adalah skill individu yang kontributif terhadap teamwork. Tim yang bersatu padu dan berkemampuan akan mampu pula menjalankan peran apapun dalam game yang sudah menjadi bagian industri ini.
Turnamen di balik semenanjung bukanlah event formal namun memiliki prestise serta nilai komersial skala benua yang jadi perhatian dunia. “Kita olang macam nonton pilem Blusli (Brucee Lee-red) lo haiyaaaaa,” cetus Koko Chiepit.
Menurutnya, kemajuan spektakuler tim sepakbola kampung bosar tak terbantahkan bahwa hal itu dikarenakan polesan pelatih Incek Iyong dan dukungan pengurus yang ada saat ini. Oleh karena kemajuan dimaksud membuat tim sepakbola kampung bosar diperkenankan menjadi bagian industri sepakbola.
“Sapakat odan soal itu Ko. Tak laku lagi model sumbangan, duit amal, bantuan. Sepakbola nih soal biayo jugo. Industri lah jawabannyo. Tiket panonton dianggap tak adonyo itu. Odan mulai paham apo maksud Koko nih,” respon Alang Bobal sambil menyeruput kopinya.
Dengan demikian, lanjut Koko Chiepit, kekecewaan tak perlu karena tidak ada alasan untuk hal itu. “Sebaiknya kita olang tunggu dan lihat. Anggap nonton pilem blusli, spai, boliwod, holiwod atau pilem kalton lo. Haiyaaa apalagi ini tulnamen bukan pipa punya lo. Kita olang tenang sajo lo,” tukasnya.
Alang Bobal menanggapi serius candaan Koko Chiepit dengan memaparkan pandangannya bahwa sepakbola di dusun dusun harus lebih dikembangkan karena masa depan dan kondisinya sudah sangat menjanjikan disebabkan tim sepakbola kampong bosar sudah jadi bagian industri sepakbola benua.
“Nasionalisme kolok manurut odan macam cinto barang dalam negori. Sakarang tak ado porang bambu runcing. Porang ekonomi nyo lobih taraso. Nah di sepakbola nih totapnyo pamain harus cinto dalam negori buat mamacu kamampuan, totapi kito harus sadar bah kolok sepakbola tuh industri, apopun ceritonyo harus manguntungkan negori. Mo kito bolo sepakbola dusun nih, talalu tinggi mambahas Incek Iyong, mo kito bahas Abah Jun Dong sajo lah,”urai Alang Bobal.
“Kolok aku laen pandanganku jang. Aku lobih suko batanyo: kanapo pamain sepakbola, insan olahrago, kono sorang virus. Jauh paling sehat mareka itu daripado kito kito,” Incek Ofik yang sedari diam mulai buka suara.
“Haiyaaa soal vilus wa bo paham lo. Tapi itu maskel, cuci tangan pake sabun, jaga jalak, vaksin itu semua punya bagus lo, tidak ada tidak tepat itu olang, bo salah lo,” tukas Koko Chiepit.
“Pamain sepakbola tu kan bapogian kasano kamari, batanding pastilah senggolan, di palabuhan, di hotel di mano mano kamungkinan virus. Babedo dongan kito nan tak kamano mano, sehat torus. Tapi harus waspada jugo lah, kito tak kamano mano biso sajo virus nan datang kamari. Bajayo kito kok bagitu,” papar Alang Bobal.
Koko Chiepit permisi untuk ke rumah, ada pesan singkat di hapenya kalau paket masker dan handsanitizer sudah tiba dan harus dibayar.
“Koko Chiepit jugo nan botul. Tim sepakbola batal tanding, masker jualannyo datang torus, bararti banyaklah laku,” gumam Incek Ofik tersenyum.
Alang Bobal tersenyum dan mengalihkan pandangan ke arah laut sebab di arah pandangannya Saonah membungkuk ambil sampah plastik untuk dimasukkan ke kantongan khusus sampah plastik.