JAKARTA (Waspada): Sedikitnya 180 orang perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengikuti Workshop Literasi Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD) serta pemerintah daerah setempat, Selasa (13/9/2022) di Olympic Ballroom & Resto, Lembata, Nusa Tenggara Timur. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori sedang dengan angka 3.49 dari 5,00.
Dalam merespon hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan Pekan Literasi Digital dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Lembata, Petrus Demong, yang mengajak masyarakat Lembata lebih cakap dalam literasi digital dan mampu menyesuaikan diri di era digital ini.
“Perkembangan digital telah mengalami transformasi. Kita harus menyesuaikan diri baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan dalam hal yang luas. Kita perlu menyesuaikan diri terhadap digital. Etika dan budaya digital dan sisi keamanan digital. Kegiatan seperti ini disarankan agar terus dilakukan dari waktu ke waktu,” jelas Petrus Demong.
Tema workshop literasi digital adalah “Produktif di Media Sosial dengan Aman, Beretika, dan Berbudaya”. Narasumber adalah Elmo San Siro selaku key opinion leader/sineas muda, Alfred Ike Wurin selaku ketua bidang media LSM Barakat, dan Soni Mongan selaku pegiat literasi digital.
Dalam sesi tersebut, Elmo San Siro memutarkan sebuah film pendek, dalam pemutaran film tersebut peserta diperlihatkan bahwa apa yang diposting di media sosial tidak selalu benar, semua bisa disetting, ada baiknya media sosial digunakan sebaik-baik nya agar bisa bermanfaat. “Apa yang terjadi dalam keseharian kita sebagai orang Lamaholot, Lembata dan Indonesia selalu berlandaskan Pancasila, tentu penting untuk mengamalkannya juga ketika bermedsos,” jelas Elmo.
Selanjutnya, Alfred Ike Wurin mengajak masyarakat untuk berhati-hati dan menjaga data pribadi di media sosial, tidak boleh sembarangan mengunggah data pribadi karena bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dan dapat merugikan pengguna.
“Tidak semua aktivitas pribadi maupun sosial harus kita publish di media sosial,” tambah Alfred.
Sesi terakhir diisi oleh Soni Mongan selaku pegiat literasi digital. Soni menyampaikan materi mengenai Etika Digital. Dalam pemaparannya, dijelaskan bahwa etika merupakan dasar dari munculnya sebuah budaya. Aspek tersebut tidak kalah penting dengan nilai budaya itu sendiri. Di zaman modern yang serba digital ini, disayangkan bahwa banyak pihak melanggar nilai dari etika di media sosial. Salah satu yang marak adalah fenomena plagiarisme oleh penyanyi yang menjiplak karya orang lain tanpa menyertakan nama dari penyanyi aslinya.
“Internet adalah anugerah bagi manusia, tetapi harus dikontrol atau dikuasai oleh penggunanya. Bersuaralah dengan kreatif tanpa harus melakukan ujaran kebencian.” jelasnya. Selain menyampaikan materi, Soni juga memberikan masukan kepada warga lokal terkait keindahan Kabupaten Lembata yang bisa dipromosikan ke kancah Nasional maupun Internasional dengan memanfaatkan media sosial sebagai perantaranya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.(J02)