Tradisi Mudik Terus Lestari, Wamenag: Membawa Berkah

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada): Mudik alias pulang ke kampung halaman saat hari raya Iedul Fitri, telah menjadi semacam tradisi bagi sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia. Saat mudik itulah, kerinduan pada kampung halaman terobati dan silaturahim bersama keluarga besar terlaksana.

“Tradisi mudik harus tetap dilestarikan. Sebab orang pasti merindukan kampung halamannya. Siapapun dia. Karena dari sanalah nilai-nilai yang membentuk seseorang terbangun,” kata Wakil Menteri Agama, KH Zainut Tauhid Sa’adi, saat menanggapi fenomena mudik di masyarakat muslim Indonesia, Rabu (27/4).

Tradisi mudik dinilai sangat baik karena punya nilai spiritual tinggi. Kasih sayang pada orang tua, sanak saudara dan kampung halaman, menjadi semangat untuk terus berjuang menghadapi hidup yang tidak mudah. Terlebih, nilai perputaran ekonomi selama mudik sangat bermanfaat bagi kemajuan desa atau kota tempat para pemudik hadir.

“Jadi kita jalani kebahagiaan mudik ini sebagai kegiatan positif dan penuh berkah,” tandas Zainut.

Tahun ini pemerintah membolehkan masyarakat mudik, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, utamanya memakai masker dan telah divaksinasi Covid-19 secara lengkap. Animo mudik tahun ini diperkirakan meningkat tajam, karena ‘kran’ mudik baru dibuka setelah dua tahun vakum.

“Setidaknya ada 85 juta pemudik yang akan bergerak menuju berbagai pulau di Indonesia. Jumlah itu naik beberapa kali lipat dibanding dua tahun lalu.  Itu semua karena kerinduan pada tempat masa kecil begitu besar,” imbuh Zainut.

Bicara mudik ke kampung halaman, Wamenag juga mengingatkan agar kita semua mengingat juga akan mudik kepada Sang Pencipta. Sebagaimana kerinduan pada kampung halaman dan sanak saudara, maka seharusnya kerinduan pada kehidupan di akhirat yang terbaik, juga diprioritaskan.(J02)

  • Bagikan