JAKARTA (Waspada): Anggota Komisi VII DPR RI dari Partai Golkar Lamhot Sinaga menduga banyak hal gelap di dalam Krakatau Steel dan inilah yang ditutup-tutupi oleh Direksi Krakatau Steel, makanya dari awal Lamhot, mengusulkan agar dibentuk panitia kerja (Panja) Baja, untuk mengusut tuntas dan menginvestigasi Krakatau Steel secara menyeluruh.
Permintaan dilakukan investigasi mis-management atau salah urus Krakatau Steel ini disampaikan Lamhot Sinaga menyikapi pengusiran Dirut Krakatau Steel dari rapat dengar pendapat Komisi VII, Senin (14/2). Bahkan Menteri BUMN melihat Krakatau Steel ini dengan kebingungan, sebentar dibilang bangkrut, lalu diubah lagi menjadi untung.
“Pengusiran Dirut ini hanya hal kecil dan pembelajaran, kita harus fokus dalam melakukan investigasi menyeluruh di Krakatau Steel, apakah benar ada kartel yang mengendalikan, atau ada permainan yang dilakukan oleh jajaran manajemen, atau ini akibat salah urus (mis-manajemen) yang dilakukan oleh Dirut yang tidak kompeten”, ujar Lamhot Sinaga dalam keterangannya yang diterima , Selasa (15/2/2022) di Jakarta.
Menurut wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumatra Utara II ini kesalahan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) industri baja ini berpotensi menghambat pembangunan infrastruktur dan perkembangan industri nasional, karena harga baja nasional tidak lagi kompetitif.
“Ketika Krakatau Steel membangun blast furnace terindikasi harga hasil produksinya lebih tinggi dari harga pasar, padahal biaya investasinya sangat besar, artinya ada masalah dalam proses produksi di blast furnace ini, apakah karena masalah bahan baku atau inefisiensi produksi, atau ada campur tangan pihak lain seperti kartel agar keran impor terus berjalan, ini harus diinvestigasi”, tandas Lamhot.
Terbaru, sebutnya, Krakatau Steel malah meminta perlindungan terhadap impor HRC, (hot rolled coil), dengan biaya masuk anti dumping (BMAD), tapi menghentikan blast furnace , sementara kebutuhan baja dalam negeri belum bisa sepenuhnya dipenuhi oleh Krakatau Steel. Patut dilakukan investigasi, apakah Krakatau Steel import terselubung untuk menaikkan keuntungannya dari trading?.
“Bisa kita bayangkan BUMN industri baja, yang diharapkan mampu memanfaatkan biji besi nasional untuk menjamin kebutuhan nasional malah mengambil keuntungan dari bisnis trading baja. Produksi baja Krakatau Steel sendiri ternyata dominan diproduksi Krakatau Steel Posco, perusahaan patungan antara Krakatau Steel dan Posco dari Korea,dimana kepemilikan saham Krakatau Steel hanya 30%, tukas Lamhot. (J05)
.