Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Semua Capres Nyatakan Visinya Berpihak Pada Petani Tembakau

Semua Capres Nyatakan Visinya Berpihak Pada Petani Tembakau
Dialektika Demokrasi 'Menilik Visi Calon Presiden 2024 tentang Keberlangsungan Lapangan Kerja pada Industri Hasil Tembakau' di Media Center Parlemen Jakart Kamis ( 23/11). (Waspada/Ramadan Usman)

JAKARTA (Waspada): Semua Calon Presiden menyatakan visinya berpihak kepada para petani tembakau yang kini kesulitan pupuk dan dihimpit dengan masuk tembakau impor yang lebih besar dari produk tembakau dalam negeri.

Pernyataan keberpihakan itu disampaikan oleh para pembicara sebagai perwakilan dari ketiga Capres dalam Dialektika Demokrasi ‘Menilik Visi Calon Presiden 2024 tentang Keberlangsungan Lapangan Kerja pada Industri Hasil Tembakau’ di Media Center Parlemen Jakart Kamis ( 23/11).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Semua Capres Nyatakan Visinya Berpihak Pada Petani Tembakau

IKLAN

Anggota DPR RI/Perwakilan dari Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Timnas AMIN, Luluk Nur Hamidah mengatakan, sekalipun permasalahan tembakau masih menjadi persoalan bagi sebahagian pihak, pertembakauan, tentang Industri Hasil Tembakau (IHT) dan seterusnya, menyangkut tentang hajat hidup orang banyak, karena tembakau sudah budaya dalam negeri kita.

“Ada kebudayaan yang sangat panjang yang terkait dengan rokok kita, kalau sudah bicara tentang hasil tembakau. Kalau sementara kita batasi dengan tembakau itu menjadi rokok, maka rokok itu juga punya sejarah yang sangat panjang dalam kebudayaan, masyarakat.

“Ini sebenarnya tugas dari pemerintah yang bisa meluruskan cara berpikir publik dan kemudian juga rezim kesehatan dan rezim farmasi, bahwa tembakau tidak bisa kemudian dipersalahkan sebagai satu-satunya yang menjadi musuh kesehatan, lalu di kriminalisasi atau kemudian ujung-ujungnya yang kemudian diperas untuk bisa menghasilkan cukai yang sangat besar kepada negara.

“Saya kira posisi kami dan juga AMIN, yang pertama perlindungan kepada petani tembakau itu satu hal yang tidak bisa ditawar. Jadi petani itu juga memiliki hak konstitusional untuk dilindungi oleh negara, mereka juga punya hak untuk mendapatkan jaminan bahwa kerja-kerjanya itu dilindungi, baik itu kerja produksinya atau kemudian pasca produksi bahkan termasuk juga perlindungan bagi kesejahteraan keluarga petani tembakau. Ini menjadi sangat penting,”ungkap Lulu.

Terkait juga dengan tenaga kerja, di mana banyak sekali yang terkait dengan Industri Hasil Tembakau (IHT), mulai dari pemetiknya, pengirisnya, sampai kemudian juga pelintingnya sampai kemudian ke hilirnya ke ritelnya dan bahkan juga kemudian toko-toko kelontong dan lain sebagainya.

Dalam kaitan itu Politisi Fraksi PKB DPR itu menyatakan, hampir bisa diperkirakan lebih kurang 10 juta yang terkait dengan Industri Hasil Tembakau (IHT), maka bisa kita perkirakan betapa besarnya sebenarnya serapan tenaga kerja di satu sisi dan yang kedua tentu kontribusi tembakauan bagi ekonomi nasional.

Dengan demikian ungkap Lulu lagi, kita semua pasti tidak akan mengabaikan dengan cukai yang sangat besar.

“Enggak kebayang kalau sumbangan dari pertembakauan itu sangat besar. Pertanyaannya seberapa jauh sebenarnya yang sudah dilakukan oleh negara untuk bisa memastikan bahwa pihak-pihak yang terkait langsung yang menyumbang kepada cukai yang sangat besar ini kemudian kehidupan mereka itu baik?,tukas Lulu.

Perwakilan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Wisnu Brata membenarkan persoalan tembakau sekarang jadi masalah yang luar biasa. Petani tembakau sekarang ini dihimpit dengan beberapa masalah terutama masalah pasar, harga dan lebih utama lagi dalam masalah pupuk. ‘Pupuk sekarang menjadi emas bagi para petani, Saya tidak tahu kebijakan pemerintah sekarang ini kenapa pupuk itu hilang, toh kalau ada harganya sangat mahal. Distributor setiap ditanya oleh petani jawabnya, karena kita tidak dapat pasokan dari pemerintah.

Tetapi kita melihat bahwa barang itu sebenarnya ada, ada untuk siapa dan itu juga enggak tahu. Saya keliling teman-teman petani di Lombok juga sekarang menjerit karena pupuknya enggak ada, di Jawa Timur juga sama,” ungkap Wisnu Brata.

Selain itu menurut Wisnu, petani tembakau sangat kaget dengan kenaikan cukai yang bertubi-tubi itu, bahkan pernah naik di tahun 2000, itu naiknya 23 persen. Saat itu terjadilah gejolak, karena dari semua variabel rokok, pabrik rokok itu kan untuk menekan harga plastik tidak mungkin, itu akan internasional, harga kertas juga tidak mungkin, tapi yang terjadi adalah menekan bahan baku, bahan bakunya Apa, cengkeh dan tembakau, sehingga petani tembakau di 10 provinsi itu terutama di empat provinsi penghasil untuk industri menjerit seketika, harapan yang begitu dulu kita menganggap cahaya, ternyata cahaya itu telah redup itulah yang terjadi pada saat 9 tahun.

Apalagi saat ini keluar Perper 18 yang mengharuskan dibuatnya RPP tembakau yang baru, yang prasanya kita ini seperti daerah bukan daerah tembakau lagi.
“Seharusnya Indonesia bisa mencontoh bisa mencontoh India, Kuba berani mengatakan kenapa kita tidak berani mengatakan bahwa sigaret is not sigaret kenapa kita kita tidak mengatakan Kretek is Not Sigaret.

“Saya melihat bahwa hal ini akan menjadi pandangan petani tembakau di seluruh Indonesia, rekam jejak para calon presiden di antara tiga ini, siapa yang paling konsisten menyampaikan pembelaan terhadap petani tembakau.

Boleh saya katakan kalau menurut kami di TPN hanya Ganjar Pranowo. Yang menyatakan pembelaan terhadap petani tembakau dan itu boleh dibuktikan dalam rekam jejaknya. Beliau (Ganjar Pranowo) menanggapi dengan baik, setiap kami melakukan proses perjuangan petani tembakau. Beliau berani mengeluarkan statment di beberapa media bahkan sempat mengantar kami di televisi untuk bertemu dengan menteri kesehatan pada saat itu,”ungkapnya.

Wisnu menyatakan sepakat dengan Lulu dan Yoga memang perlindungan petani ini harus menjadi konsen dari pemerintah. Kesehatan oke, tetapi kesejahteraan itu tidak akan mungkin sehat kalau kita tidak sejahtera, jadi kesejahteraan itu lebih tinggi daripada kesehatan dan itu harus dibuktikan dengan regulasi-regulasi yang berpihak.

Karena sampai saat ini regulasi dari pemerintah tidak memihak sama sekali terhadap petani tembabakau walaupun kami sudah bertemu dengan presiden 5 kali menyampaikan hal itu, termasuk masalah impor tembakau, toh para petani dan masyarakat Indonesia tidak ingin bahwa rokok itu tetap ada, tetapi tembakaunya bukan tembakau Indonesia, itu pasti akan terjadi kalau tidak ada keberpihakan pemerintah kepada keberlangsungan industri dan tembakau, demikian Wisnu Brata.

Wakil Ketua Umum DPP PAN yang juga Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Viva Yoga Mauladi mengatakan, bicara soal petani tembakau, posisi tim kampanye nasional Prabowo-Gibran itu adalah pro petani tembakau.

“Karena petani apapun varietasnya itu harus kita bela,”ujar Viva.

Menurut dia, mereka bukan hanya sekedar bekerja tapi dia menjadi petani, menjadi nelayan itu sudah menjadi way of life, menjadi cara hidup menjadi gaya hidupnya, oleh karena itu menjadi petani, sudah ada undang-undang tentang pemberdayaan dan perlindungan petani, UU tentang pemberdayaan dan perlindungan petambak garam dan budidaya ikan, UU tentang pangan dan beberapa undang-undang yang berkaitan dengan petani.

Tinggal sekarang ini adalah implementasi dari undang-undang itu.

“Saya menangkap, saat ini petani tembakau masih kurang untuk diberdayakan, hal itu dilihat dari karena postur APBNnya jumlahnya sangat kecil untuk petani tembakau dan itu juga menyebabkan menjadi hal yang dilematis di dalam alokasi dana APBN.

“Idealnya dana untuk petani tembakau itu ditambah. Kenapa kita masih impor, karena ternyata dari sisi produktivitas petani rakyat, itu lebih rendah daripada petani besar swasta dan petani perkebunan nasional. Oleh karena itu perlu ada upaya secara sistematis berupa pengembangan varietas baru yang kira-kira nanti soal rasa tidak kalah dengan produk impor. Soal rokok tembakau itu kan soal rasa, jadi dalam satu batang rokok itu ada beberapa grade atau campuran, sehingga menyebabkan kalau di dunia industri itu, beberapa tembakau dicampur sehingga menghasilkan satu rasa yang khusus gitu dan itu tidak bisa didapatkan hanya di dalam produk tembakau lokal saja,”tutur Viva Yoga Mulyadi.(j04)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE