Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Potensi Caleg Artis, Nurul Arifin: Semua Dapil Neraka

Potensi Caleg Artis, Nurul Arifin: Semua Dapil Neraka
Diskusi Dialektika Demokrasi 'Potensi Caleg Artis dan Influencer di Pemilu 2024', Selasa (27/6), di Media Center DPR RI Jakarta. (Waspada/Andy Yanto Aritonang)

JAKARTA (Waspada): Lika-liku artis untuk menjadi calon anggota legislatif (caleg DPR RI) tidak gampang, karena artis masuk dalam partai orang sudah underestimate (meremehkan).

Pasti ya, pasti itu, sepertinya ada gesture yang melecehkan. Mungkin juga secara verbal soft, ada seperti itu. Tapi justru hal-hal yang seperti itu merupakan tantangan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Potensi Caleg Artis, Nurul Arifin: Semua Dapil Neraka

IKLAN

“Tantangan yang paling berat sebagai caleg, tidak ada daerah pemilihan (dapil) yang jadi surga, semua dapil neraka. Karenanya kesiapannya harus kuat,”ungkap Anggota DPR RI Fraksi Golkar Nurul Arifin dalam diskusi Dialektika Demokrasi ‘Potensi Caleg Artis dan Influencer di Pemilu 2024’, Selasa (27/6), di Media Center DPR RI Jakarta.

Nurul mengatakan, dirinya tidak ujug-ujug jadi politisi, masuk Golkar. “Ada proses waktu, setelah saya main film banyak, kemudian saya menjadi aktivis peduli AIDS, aktivis perempuan, aktivis anti narkoba dan kemudian ketika undang-undang Pemilu nomor 12 tahun 2003 atau 2004 muncul mengharuskan 30% calon perempuan,”tukasnya.

Golkar sendiri caleg yang artis, kata Nurul jarang banget. “Karena kami waktu masuk ke Golkar tidak ada karpet merah. Jadi seperti masuk hutan rimba,”ungkap Nurul lagi.

Mengenai modal politik caleg artis, menurut Nurul tentu partai modal utama, kemudian jaringan yang ada sebagai modal sosial. Finansial, berapa habisnya? Itu Relatif, saya enggak mau ngomong, saya tidak ngomong soal angka. Tapi Artis tidak perlu takut menjadi caleg kita bertarung saja supaya kita teruji,”ucapnya.

Nurul yang tetap eksis sebagai politisi Partai Golkar menyarankan, kunci seorang artis masuk partai, apalagi perempuan, harus fokus dan profesional.

“Kemudian jangan genit. Ini yang penting, jangan genit. Dari gesturepun jangan genit. Kalau ngomong lebih baik tegas-tegas saja dan harus dibekali oleh data. Kalau cuma ngomongin asumsi, itu sih ngomong di warung kopi. Jangan ngomong di partai atau di parlemen,”ujar Nurul Arifin.

Begitu juga bagi Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Krisdayanti. Menurut dia, yang pertama harus disyukuri mendapatkan sebuah amanah.

Untuk maju lagi dalam Pemilu 2024, menurut dia Lebih sulit meskipun dia sebagai incumben. Tantangan pasti ada, tapi bagaimana kita mengatasinya.

“Popularitas tidak menjamin elektabilitas,” tukas Krisdayanti.

Namun dia percaya bahwa apa yang telah dilakukannya telah mencapai apa yang menjadi problem di dapilnya yakni Malang Raya.

“Sampai sekarang saya itu semakin tertantang atau apapun bentuknya atau apapun melihat bahwa ini fenomena pergunjingan setiap mau pemilu. Setiap mau lima tahun pasti artis akan dipandang sebelah mata. Itu jelas karena memang artis lebih banyak dapat follower, dan follower yang lebih senang follow artis ketimbang buka website-nya DPR RI,”katanya.

Karena itulah, tambahnya cara yang paling sederhana untuk menyampaikan kerja-kerjanya
di dapil lewat media sosial.

Dari mulai penunjukannya dari partai PDIP Perjuangan di September 2018, bukanlah hal yang sulit bagi Krisdayanti karena dia memang asli Arek Malang Raya.

“Saya tidak saja menyelami kearifan lokal, tapi bagaimana saya mengetuk rumah mereka. Datangi bersama para relawan di 600 titik di 471 desa. Jadi benar-benar turun dan melihat apa sih yang diinginkan oleh masyarakat Malang Raya,”ujar Krisdayanti. (j04)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE