Laporan Haji: Muhammad Ishak
ARAB SAUDI (Waspada): Perpindahan jemaah di sejumlah hotel di Madinah, merupakan dampak dari perubahan seat dan keterlambatan pesawat yang mengangkut jemaah dari Indonesia ke Arab Saudi, khususnya maskapai Saudi Airlines.
“Selain delay dan perubahan seat pesawat Saudi Airlines, keterbatasan dan kapasitas hotel saat musim haji juga jadi pemicu jemaah harus dipindahkan ke hotel lain dari hotel yang sebelumnya,” kata Direktur Bina Haji Kementerian Agama (Kemenag) RI, Arsyad Hidayat, di Madinah, Minggu (11/6).
Sebagaimana diketahui, bahwa maskapai Saudi Airline sempat mengubah beberapa kali konfigurasi kapasitas seat dari semula 480 seat penumpang menjadi 405 seat penumpang. “Akhirnya, 75 seat penumpang dialihkan ke pesawat berikutnya dan tiba di Madinah juga di hari yang berbeda, sehingga tidak dapat diisi ke hotel yang sama, karena pihak hotel telah mengisi jamaah dari negara lain,” kata Arsyad.
Nah, disaat diisi ke hotel lain maka kesulitan mencari hotel memiliki kapasitas sesuai dengan jumlah jemaah berikutnya. “Solusinya kita mencari hotel sementara dengan fasilitas yang sama, namun terkadang hanya tiga hari atau empat hari yang bisa diisi, selebihnya harus dipindahkan agar jemaah kita bisa mencapai 9 hari di Madinah,” jelas Arsyad.
Persoalan delay penerbangan maskapai Saudi Airlines kerap terjadi, sehingga jemaah terlambat masuk ke hotel di Madinah. “Bukan hanya jemaah yang repot, tapi panitia disini juga direpotkan dengan persoalan ini,” katanya seraya mengatakan, keterbatasan hotel akibat proses pembongkaran sejumlah hotel dan dihentikan operasionalnya di sekitar Masjid Nabawi.
Arsyad menambahkan, maskapai Saudi Airlines diduga kerepotan mendapatkan order penerbangan jemaah haji dari seluruh dunia. Pasalnya, pengangkutan jemaah dalam musim haji memiliki ketentuan, dimana Saudia Airlines berhak memberangkatkan 50 persen dari kuota setiap negara yang memberangkatkan haji, termasuk Indonesia.
“Artinya, disaat Indonesia memberangkatkan 229.000 jemaah haji ke Arab Saudi, maka separuhnya harus diangkut maskapai Saudi Airlines. Hal yang sama juga berlaku untuk negara lain,” timpa Arsyad, seraya menyebutkan disaat kuota haji tahun ini mencapai 2,5 juta kuota, maka 1,25 juta diangkut oleh maskapai Saudi Airlines.
Pengalaman di Madinah, lanjutnya, diharapkan tidak terulang di Makkah. Oleh sebabnya pihaknya telah mewanti-wanti pihak maskapai Saudi Airlines agar tidak mengubah seat penumpang. Begitu juga dengan penerbangan harus sesuai jadwal.
“Kita harap tidak ada lagi delay pesawat berjam-jam, karena jika terjadi akan berdampak kepada seluruh layanan, baik layanan akomodasi, konsumsi dan transportasi darat dari bandara ke hotel,” pungkas Arsyad Hidayat. (b11)