JAKARTA (Waspada): Prediden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik menunjukkan bukti optimisme di tengah lesunya perekonomian global.
Pasalnya, ekonomi Indonesia masih tumbuh sebesar 5,11 persen di tengah kondisi banyak negara resesi dan mengalami pertumbuhan stagnan, bahkan ada yang terkontraksi.
“Ini menumbuhkan sebuah optimisme. Bahwa negara-negara lain, negara-negara besar, satu, dua, tiga, sudah masuk ke jurang resesi, negara lain juga turun growth-nya, tapi kita mampu terus naik 5,11 persen,” ujarnya usai peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH), Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/5).
Jokowi memuji dua hal yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi yang moncer pada kuartal I 2024, yakni konsumsi masyarakat dan investasi yang terus masuk ke Indonesia.
“Patut kita syukuri karena itu banyak didukung memang oleh konsumsi, tetapi juga didukung yang kedua oleh investasi yang terus masuk ke negara kita,” tuturnya.
Meski begitu Jokowi prihatin soal maraknya penutupan pabrik di sejumlah subsektor industri, termasuk industri sepatu Bata, pada awal tahun ini.
“Ini kalau masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kompetisi, karena mungkin efisiensi, karena bersaing dengan barang-barang baru yang lebih in, banyak hal,” imbuh dia
Sebelumnya sejumlah perusahaan melaporkan penutupan pabrik. Salah satunya, PT Sepatu Bata Tbk yang menutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024 silam. Keputusan ini tak lepas dari kerugian yang diderita perusahaan.
Kecewa
Di tempat yang sama Jokowi kecewa karena Indonesia masih getol mengimpor barang-barang elektronik. Sehingga menimbulkan defisit perdagangan di sektor perangkat elektronik dan digital mencapai lebih Rp 30 triliun.
Jokowi akui produksi perangkat elektronik digital makin berkembang pesat setiap hari. Bahkan setiap hari ada perangkat teknologi baru yang mengubah cara orang-orang bekerja. Teknologi yang menawarkan perubahan, kecepatan, dan efisiensi.
Sayangnya perangkat-perangkat tersebut belum bisa diproduksi langsung di Indonesia. Barang impor justru masih mendominasi sehingga Indonesia masih hanya menjadi pasar untuk hal tersebut.
“Tapi sayangnya, perangkat teknologi dan alat komunikasi yang kita pakai ini masih didominasi barang impor. Nilai defisit perdagangan sektor ini hampir US$ 2,1 miliar lebih dari Rp 30 triliunan,” keluh Jokowi
Barang impor juga mendominasi permohonan uji perangkat. Dari data yang diperoleh Jokowi, barang asal China yang melakukan uji perangkat ada 3.046, sementara yang dari Indonesia cuma 632 saja.
Jokowi menekankan, Indonesia harus meningkatkan kemampuan industri teknologi di dalam negeri. Dia tidak ingin Indonesia cuma jadi pasar elektronik dan dibanjiri barang impor. (J03)