JAKARTA (Waspada) : Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan pameran bertajuk “Misykat: Cahaya Peradaban Islam Indonesia” di Museum Nasional Indonesia. Pameran ini suguhkan penelusuran mendalam terhadap jejak sejarah perkembangan Islam di tanah air.
Lewat beragam artefak, manuskrip, mushaf Alquran, nisan kuno, seni rupa, dan koleksi budaya lainnya dari berbagai wilayah Indonesia, pameran ini menjadi ruang reflektif yang memancarkan cahaya pengetahuan bagaimana peradaban Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
“Pameran ini meneguhkan kembali keterkaitan mendalam bangsa Indonesia dengan sejarah awal Islam dan warisan budaya yang dinamis,” kata Menteri Budaya Fadli Zon saat meresmikan pameran tersebut di Gedung Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis (17/4).
Pameran ini menampilkan lebih dari 300 artefak yang membentang lebih dari seribu tahun lalu termasuk manuskrip Al-Qur’an, batu nisan, peninggalan arsitektur, karya seni, dan temuan arkeologis dengan sajian narasi yang kaya tentang bagaimana Islam berakar, tumbuh, dan berkembang dengan tradisi lokal.
“Salah satu sorotan dalam pameran ini adalah bukti arkeologis dari Situs Bongal di Sumatera Utara. Temuan seperti koin Dinasti Umayyah, kaca Islam, dan penanda makam awal yang memberikan bukti kuat bahwa Islam mungkin telah hadir di Nusantara sejak abad ke-7 Masehi, hanya satu hingga dua abad setelah kemunculannya di Jazirah Arab,” ungkap Fadli.
Menbud menambahkan bahwa hal yang terpenting adalah bukan mengenai kapan Islam hadir di Indonesia, namun bagaimana Islam dapat masuk dan berakulturasi dengan budaya lokal Nusantara.
“Islam tidak datang melalui penaklukan, melainkan melalui perdagangan, pertukaran ilmu, kesenian, dan nilai-nilai kemanusiaan. Akulturasi yang damai ini menciptakan wajah Islam Indonesia yang khas, moderat, terbuka, dan bersanding dengan keragaman budaya lokal tanpa menghilangkannya,” ujarnya.
Sementara, kurator pameran Ichwan Azhari menuturkan bahwa dalam pameran ini akan mewakili 1000 tahun masa Islam di Indonesia yang disajikan ke dalam 10 ruang area pameran.
“Kita juga akan bisa melihat kerajaan-kerajaan Islam, koin-koin kerajaan, kitabkitab, Musab, tulisan tangan Al-Qur’an, bedug, wayang, lukisan-lukisan hingga publikasi yang berkaitan dengan Islam. Saya berharap semoga kita semua bisa menikmati pameran pada hari ini,” katanya.
Pameran Misykat menampilkan sekitar 300 koleksi yang menggabungkan koleksi sejarah, seni, dan budaya Islam dari masa awal abad ke-7 dan ke-8 masehi hingga masa kini.
Koleksi yang ditampilkan merupakan hasil kerja sama dengan berbagai institusi, antara lain Galeri Nasional Indonesia, Museum Batik Indonesia, Direktorat Warisan Budaya Kementerian Kebudayaan RI, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Museum Sejarah Al Qur’an Sumatera Utara, Bayt Quran & Museum Istiqlal, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), Fadli Zon Library, Rumah Kreatif Fadli Zon, serta beberapa kolektor yang peduli pada pelestarian sejarah dan budaya Indonesia Pengunjung Museum Nasional Indonesia dapat menikmati koleksi yang terbagi ke dalam 10 area utama, antara lain situs Bongal; khazanah Nisan Nusantara; ragam Mushaf Al-Qur’an Nusantara; Manuskrip Agama, Hikayat, dan Sastra; artefak kerajaan Islam di Indonesia; masjid dan ekspresi arsitektur Islam Indonesia; Wali Songo Berdakwah melalui Seni dan Budaya; jejak Islam dalam seni dan budaya Bendawi; seni lukis Islam kontemporer; dan pers Islam abad ke-19 hingga ke-20 Masehi.
“Peradaban Islam di Indonesia tak hanya sekadar catatan masa lalu, namun terus berkembang dalam perjalanan kebudayaan bangsa. Pameran ini diharapkan dapat menjadi ruang pembelajaran lintas generasi guna mempererat nilai toleransi dan menjadi sarana diplomasi budaya yang memperkaya identitas bangsa,” ucap Fadli Zon. (j01)