BANDUNG (Waspada): Kementerian Sosial (Kemensos) mendorong dua pilar utama dalam upaya pengentasan kemiskinan, yakni Sekolah Rakyat dan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai solusi mengentaskan angka kemiskinan di Indonesia.
Hal itu ditegaskan Menteri Sosial Republik Indonesia Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul, saat menjadi pembicara Peningkatan Peran Kepala Desa dan Kepala Kelurahan se Jawa Barat di Bandung, Senin (28/4).
Saat ini, persentase penduduk miskin di Indonesia pada September 2024 adalah 8,57%, atau turun 0,46 persen poin dibandingkan Maret 2024 dan 0,79 persen poin dibandingkan Maret 2023. Jumlah penduduk miskin juga turun menjadi 24,06 juta orang, turun 1,16 juta orang dari Maret 2024. Pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan di Indonesia pada tahun 2025 menjadi 7-8%.
Menurut Gus Ipul, kemiskinan bukan sekadar masalah angka juga bukan sekadar ekonomi. Kemiskinan adalah tantangan peradaban. Karena itu, mengatasi kemiskinan berarti menyelamatkan masa depan bangsa, memperkuat fondasi keadilan sosial, dan menunaikan amanah konstitusi.
Gus Ipul lantas mengutip pasal 1 ayat (1), undang-undang No 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut Gus Ipul, Sekolah Rakyat akan hadir di tengah masyarakat miskin sebagai ruang pendidikan alternatif yang tak hanya mengajarkan pelajaran dasar, tetapi juga keterampilan praktis, kepemimpinan sosial, dan jiwa kemandirian.
“Sekolah Rakyat adalah investasi jangka panjang. Sesungguhnya, kemiskinan tidak cukup dilawan dengan bantuan sesaat, tetapi harus diatasi melalui pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan,” ujarnya.
Tahun ini, pemerintah menargetkan pendirian 100 Sekolah Rakyat di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, Gus Ipul juga menyoroti pentingnya Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai instrumen vital dalam memastikan ketepatan sasaran program pengentasan kemiskinan.
DTSEN merupakan sistem pendataan sosial ekonomi pertama yang terintegrasi dan aktual dalam sejarah Indonesia, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
“Dengan DTSEN, kita dapat melihat siapa yang betul-betul miskin, di mana mereka berada, apa kebutuhannya, dan bagaimana perubahan kesejahteraannya dari waktu ke waktu,” kata dia.
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul mengajak seluruh jajaran pemerintah daerah, kepala desa, kepala kelurahan, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil untuk bersinergi memperkuat pendidikan keluarga miskin melalui Sekolah Rakyat, mengoptimalkan penggunaan DTSEN, serta memastikan setiap rupiah anggaran sosial membawa perubahan nyata.
“Percepatan pengentasan kemiskinan bukan lagi pilihan, tetapi keharusan. Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera dimulai dari desa, dari kampung, dari Sekolah Rakyat, dan dari data yang akurat,” kata dia.
Sementara itu acara ini turut dihadiri oleh Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto; Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin; Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia Kepala BKKBN Wihaji; Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi serta ratusan kepala desa dan lurah se Jawa Barat.