JAKARTA (Waspada) Sandiaga Uno digadang-gadang menjadi calon presiden ( capres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Menurut pengamat memang tidak berlebihan bila Sandi didorong untuk capres.
Ada dua hal penyebabnya, kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga dalam keterangannya yang diterima Waspada, Senin (7/2/2022), di Jakarta.
Pertama, elektabilitasnya menunjukkan tren yang terus meningkat. Hal itu ditunjukkan dari hasil survei beberapa lembaga survei yang kredibel.
Tren tersebut menunjukkan adanya dinamika dukungan yang positif terhadap Sandi.
Dukungan masyarakat kepada Sandi dari hari ke hari terus meningkat, padahal ia belum menyatakan ingin nyapres. Gerakan untuk mendekati masyarakat juga belum dilakukannya, paparnya.
Berbeda dengan Prabowo Subianto, yang elekbilitasnya memang kerap menduduki peringkat satu. Namun tren elektabilitas Prabowo cenderung terus menurun.
Karena itu, tambah Ritonga, ada peluang besar bagi Sandi untuk mendekatkan, bahkan melampaui elektabilitas Prabowo bila ia terus menunjukkan kinerja yang baik sebagai Menteri Pariwisata.
Hal itu bisa terjadi karena pemilih muda yang dominan pada Pilpres 2024. Para pemilih ini cenderung memilih orang muda cerdas dan tampil lebih informal. Kriteria tersebut lebih dipenuhi Sandi daripada Prabowo, rinci Ritonga.
Kedua, Sandi masih punya jaringan yang kuat untuk mendukungnya. Jaringan tersebut hasil bentukannya pada Pilpres 2019.
Jaringan tersebut tampaknya akan masih solid mendukung Sandi. Kalau Sandi menyatakan dirinya nyapres, maka jaringan tersebut akan bergerak untuk meningkatkan elektabilitasnya, tandasnya.
Sebagian relawan yang sudah muncul, lanjut Dekan FIKOM IISIP Jakarta 1996 – 1999 ini, tampaknya bagian dari jaringan tersebut. Mereka sudah bergerak untuk mendongkrak elektabilitas Sandi.
Masalahnya, peluang Sandi nyapres tampaknya akan terganjal partainya. Petinggi Gerindra sudah berulang menegaskan hanya akan mengusung Prabowo menjadi capres.
Karena itu, menurut Ritonga, peluang Sandi lebih besar sebagai cawapres bila tetap ingin diusung Gerindra. Peluang itu dapat terwujud kalau ada partai lain yang mau berkoalisi dengan Gerindra.
Kemungkinan lain, Sandi keluar dari Gerindra mencari perahu ke partai lain. Peluang ini berpeluang diambilnya bila elektabilitasnya melampaui Prabowo namun tetap tidak diusung partainya.
Namun, jelasnya, bila elektabilitas tetap dibawah Prabowo, peluang pindah partai tampaknya tidak akan dilakukan Sandi. Sebab, Sandi bukanlah tipe kader kutu loncat yang akan pindah partai hanya untuk kepentingan politik sesaat.
Sandi termasuk kader yang loyal terhadap partainya. Dia hanya berpeluang pindah partai untuk nyapres bila ia merasa dizolimi oleh partainya, tukas M. Jamiluddin Ritonga (J05)