JAKARTA (Waspada): Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyambangi pameran seni rupa karya Butet Kartaredjasa bertajuk ‘Melik Nggendong Lali’, yang digelar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Timur No.14, Jakarta Pusat, Senin (13/5/2024).
“Saya terima kasih sekali (kepada Bu Mega yang sudah datang),” kata Butet, sembari menjelaskan bahwa dirinya telah menyiapkan karya-karya itu selama 4 tahun.
Megawati didampingi Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Eriko Sotarduga, Trimedya Panjaitan, dan Bonnie Triyana, tiba sekira pukul 11.50 WIB, berkeliling di area pameran pameran karya seni rupa asal seniman dari Yogyakarta itu.
“Tidak semua seniman itu bernasib baik seperti saya, saat berimpresikan saat ini bisa dikunjungi presiden kelima. Ini merupakan sebuah kebanggaan dan kehormatan bagi. Saya merasa ini apresiasi atas yang saya kerjakan dan tidak sia-sia apa yang saya kerjakan,” terang putra seniman kondang Bagong Kusuadiarjo itu.
Sementara Megawati sendiri, ketika ditanya wartawan usai melihat karya Butet, menampik bila penampilan publiknya dikait-kaitkan dengan isu politik. Ia hanya ingin menikmati seni.
“Karena buat saya seni itu juga kehidupan kan. Jadi juga artinya, kalau tadi (wartawan) menanyakan interpretasi (atas karya Butet), itu terserah (interprestasi) masing-masing,” kata Megawati.
Lagipula, Megawati menjelaskan bahwa menikmati seni, bagi dirinya maupun anggota keluarganya, adalah hal biasa. Dari ayahnya, Proklamator RI Bung Karno dan ibunya Fatmawati, adalah sosok-sosok seniman juga.
Walau menurut Megawati, tentu saja dalam seni juga ada politik. Dia sebut ada politik seni, dimana karya-karya seni tentu interpretatif. Dan karena itu, Megawati justru ingin mendorong pengembangan sekolah seni untuk anak-anak muda Indonesia agar menghasilkan karya-karya seni yang lebih banyak dan bernafaskan keindonesiaan.
Saat ini memang banyak karya seni. Namun bagi Megawati, sifatnya hanya populer, cenderung mengikuti tren pasar dunia, yang menyenangkan namun belum tentu menggambarkan Indonesia.
Megawati menekankan seni itu hal luar biasa, perwujudan imajinasi dan kreativitas. Karenanya, Megawati mendorong agar sekolah seni makin diperkuat. Dahulu ia merasa ada berbagai tempat seperti Taman Ismail Marzuki, sebagai ‘sekolah seni’.
“Yang sayang itu kan TIM, saya perhatikan apa ya, nggak jelas. Tolong tulis itu, enggak jelas,” kata Megawati.
“Lho dulu kan dibuat TIM itu saya tahu banyak, saya sering, saya punya kartunya. Ada film-film yang menurut saya tidak ditayangkan di (bioskop umum) di luar, saya punya kartunya dan sebagainya, dan sangat saya nikmati, dan saya sangat mengerti. Nah, kalau sekarang mana?” tegas Megawati.
Butet yang berada di dekat Megawati membuat celetukan kecil. “(Jadi) pusat perdagangan,” celetuk Butet.
“Ya to, makanya saya bilang enggak jelas,” tambah Megawati.
Walau demikian, Megawati tetap memberi sedikit pemaknaannya atas karya Butet yang dipamerkan.
“Saya dapat menikmati, langsung saya pikir ‘oh menurut pikiran saya Pak Butet ini mengalirkan kemarahannya tapi dengan sangat artistik, dengan luwes, dengan sebuah kreativitas, imajinasi, yang mana ada contohnya yang lain, enggak ada lagi, ya cuma dia. (Butet melakukannya) dengan dzikir , tadi dibilang itu kan. Berarti dia menggunakan rohnya masuk ke pikirannya (ketika membuat karyanya),” urai Megawati.
Kepada para wartawan yang hadir, Megawati mengingatkan agar menyampaikan ke khalayak Indonesia soal pesannya itu. Ia berharap agar wartawan tak selalu mencari berita tentang politik praktis.
“Berita di Indonesia ini menurut saya tidak berisi. Betul ndak?” Kata Megawati sambil tertawa.
Lebih jauh, Megawati mengaku sangat ingin memborong semua karya seni yang dipamerkan oleh Butet. Hanya ia kepikiran soal kemampuan uangnya untuk menebus karya-karya itu. Lalu buat apa?
“Saya mau pasang di kantor saya DPP supaya nanti kalo ketemu anak-anak PDI Perjuangan, akan saya ceritakan maksudnya, apa keinginan beliau (Butet) dalam mengekspresikan kemarahan. Ini kan lembut banget nggak teriak-teriak. Jadi itu, kalau ditanya favorit saya yang mana, itu banyak banget,” kata Megawati mengakhiri sesi wawancara dengan wartawan. (irw)