JAKARTA (Waspada): Konsep eco-friendly travel atau perjalanan ramah lingkungan kini semakin populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Mereka mencari destinasi yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga kelestariannya.
Tidak heran kalau destinasi wisata yang menawarkan pemandangan alam yang spektakuler dengan pegunungan, danau, dan hutan yang masih asli, serta dengan pemandangan desa tidak lepas dari incaran mereka yang berkantong tebal.
Kawasan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia punya potensi besar untuk merebut pangsa pasar industri wisata ramah lingkungan tersebut. Apalagi kawasan Danau Toba saat ini tengah digadang-gadang menuju wisata kelas dunia dengan budaya lokal yang masih terjaga dengan baik.
Hanya saja, tentu kawasan tersebut membutuhkan perbaikan lingkungan untuk menjaga keseimbangan alam sebagai salah satu unsur terpenting dalam konsep eco-friendly travel.
Jika kawasan Danau Toba ini dibiarkan gersang maka destinasi wisata itu akan kehilangan daya tariknya. Bahkan juga berpotensi memicu datangnya banjir, dan bencana tanah longsor sebagaimana yang terjadi di Pulau Samosir tahun lalu, serta banjir bandang serperti yang terjadi melanda kota turis Parapat beberapa waktu lalu.
Akibat banjir dan longsor yang terjadi di kawaaan wisata ini, tingkat kedatangan wisatawan turut menurun. Tidak bisa dibantah kondisi itu turut mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar. Padahal. sebagian besar mereka mengadalkan sektor pariwisata sebagai mata pencaharian.
Berkaca dari peristiwa ini, pemerhati wisata John Oktaveri mengatakan bahwa kawasan wisata Danau Toba mau tak mau harus berbenah untuk mencapai target destinasi wisata kelas dunia.
Menurutnya, orientasi terhadap eco-friendly travel yang kian populer tidak hanya membutuhkan kesadaran pelaku industri wisata di sektor perhotelan, namun juga semua pihak termasuk masyarakat sekitar.
“Para pemangku kepentingan industri pariwisata eco-friendly travel di kawasan Danau Toba perlu melakukan gerakan penanaman kembali pohon untuk menghijaukan kawasan tersebut,” ujar John, Kamis (9/4/2025), di Jakarta.
Jhon juga sering mengunjungi destinasi wisata di Provisni Sumareta Utara tersebut, termasuk saat bersama rombongan Press Gathering Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) tahun 2019, dimana rombongan saat itu menginap di The Parapat View Hotel, salah satu hotel berbintang di kota turis Parapat,
Menurut John, pihak manajement The Parapat View Hotel sebenarnya sudah menerapkan kosep ini. Hal itu terlihat dari upaya manajemen menjaga lingkungan agar selalu tampak asri, hijau dan segar.
John menilai manajemen hotel ini konsisten menanami berbagai jemis pohon untuk menjaga keasrian lingkungan.
Memang dengan konsep kembali ke alam, mengelola hotel tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tapi menjaga lingkungan merupakan sesutau yang tidak kalah pentingnya. Tujuannya untuk menciptakan keseimbangan antara bisnis perhotelan dan pelestarian lingkungan, ujar John.
Dengan mengedepankan keasrian lingkungan, dia menilai manajemen The Parapat View Hotel telah mengambil keputusan berani bersaing walaupun tidak memakai alat pendingin atau AC.
“Walaupun tanpa AC, hotel ini mampu bersaing dengan hotel berbintang yang memiliki fasilitas pendingin udara di sekitar kawasan Danau Toba,” ujar John yang menceritakan pengalamannya menginap di The Parapat View Hotel.
Menurutnya, konsep ramah lingkungan dengan menanam pepohonan di sekitar The Parapat View Hotel dan ruangan tanpa AC membuat para pengunjung yang menginap tetap nyaman dan merasakan nuansa tradisional kehidupan desa.
Menjaga keasrian lingkungan dengan menanam berbagai jenis pohon membuat sirkulasi oksigen di kawasan hotel tetap terjaga, hingga udara dingin membuat tamu yang menginap merasa kedinginan saat menjelang subuh. Dengan tidak ada AC maka lingkungan hotel akan terbebas dari buangan emisi karbon yang mengotori udara, ujar John.
Dari pemantauan di lokasi, The Parapat View Hotel terlihat melengkapi keindangan hotelnya dengan tanaman pohon trembesi yang daunnya bermanfaat menjadi filter udara guna mengurangi emisi karbon.
Disamping penanaman pohon untuk menghijaukan lingkungan sekaligus mengurangi konsumsi energi, manajement The Parapat View Hotel juga berperan aktif dalam mendukung komunitas lokal dan menjaga ekosistem sekitar agar tetap lestari.
Tentu untuk melengkapi kenyamanan, pegelola hotel juga melengkapi berbagai fasilitas seperti kolam renang. Bahkan tamu yang menginap pun bisa melakukan olah raga jalan pagi yang menyegarkan sembari melihat keindahan kampung di sekitar hotel.
“Dengan perpaduan sempurna antara relaksasi, keindahan alam, dan kenyamanan menginap di The Parapat View Hotel akan mendapatkan sensasi yang selalu menjadi kenangan,” katanya.
Wisatawan yang menginap di Parapat View Hotel juga dapat menikmati keindahan alam Danau Toba dengan hamparan airnya yang membiru, dikelilingi pengunungan, serta menatap pulau yang ada di tengah Danau Toba yakni Pulau Samosir.
Sensai akan makin sempurna saat menikmati sunset atau pemandangan matahari terbenam yang sangat memukau di Danau Toba.
John Oktaveri menyakini, bila para pengusaha hotel di kawasan Danau Toba berkenan memberikan motivasi kepada pemangku kepentingan industri wisata agar beralih ke konsep eco-friendly travel, maka harapan kawasan Danau Toba akan menjadi destinasi kelas dunia akan bisa terwujud.
Ramah lingkungan bukan cuma soal banyak pohon di hotel tapi juga banyak fasilitas penunjang yang membuatnya agar ramah terhadap lingkungan.
“Harus ada edukasi untuk pelaku pariwisara dan juga masyarakat, kata John.’ (J05)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.