JAKARTA (Waspada) Anggota Komisi VI DPR, Rudi Hartono Bangun mengkritisi kinerja keuangan Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Semen Indonesia Group (SIG). Menurutnya Direksi SIG dan jajaran butuh penyegaran setelah laba perusahaan ini anjlok hingga 44 persen sebagai dampak negatif turunnya penjualan rite
“Direksi SIG dan jajarannya ini perlu dievaluasi dan butuh penyegaran. Kinerjanya tidak maksimal, jadi buat apa gaji besar, sementara laba perusahaan turun,” kata Rudi Hartono Bangun dalam rapat dengar pendapat dengan SIG dan sub holding di Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumut III ini mempertanyakan bagaimana strategi pemasaran SIG . Padahal banyak proyek infrastruktur dari pemerintah yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) .
“Tentu saja proyek-proyek infrastruktur yang menelan biaya ratusan triliun itu membutuhkan produk semen. “Nah, saya mempertanyakan bagaimana strategi pemasaran SIG dalam merebut proyek tersebut? Kenapa turun permintaan semen?,” tanya Rudi Hartono Bangun.
Anehnya, lanjut Rudi Hartono Bangun, produk semen dari kompetitor SIG, misalnya Semen China harganya lebih murah. “Nah, bagaimana Pak Donny membuat strategi produksi itu bisa lebih murah dari produk China. Jadi, saya lihat para direksi ini belum bekerja maksimal,” tukasnya.
Karena itulah Rudi Hartono Bangun menilai jajaran direksi SIG perlu dievaluasi. Artinya perlu penyegaran jajaran direksi sehingga bisa memunculkan ide, pemikiran dan strategi baru untuk membuat pemasaran lebih meningkat dan manajemen lebih bergairah.
“BUMN Semen ini harus menguntungkan dan memberi deviden untuk negara, ” tegas Rudi Hartono Bangun
Anggota Komisi VI DPR RI yang selalu vokal mengkiritisi mitra kerjanya, mengaku kecewa karena selama ini jajaran direksi hanya menikmati gaji tinggi dan tantiem (insentif) perusahaan semata.
“Harus ada rekomendasi ke Menteri Negara BUMN ,” tandas Rudi Hartono Bangun.
Sementara itu, Direktur Utama Semen Indonesia, Donny Arsal mengakui bahwa kinerja SIG mengalami penurunan laba perusahaan hingga September atau kuartal III 2024 turun drastis hingga 44% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena lemahnya volume penjualan di tingkat retail hingga penurunan harga jual semen.
Kinerja laba sepanjang 2024 ini permintaan masyarakat atas produk semen di tingkat retail mengalami pelemahan hingga 5%. Akibatnya volume penjualan penjualan perusahaan secara keseluruhan turun 4%, dari 29.203 juta ton pada 2023 menjadi 28.001 juta ton pada 2024 ini.
“Per September 2024 demand dari retail drop 5%. Jadi dengan demand-nya drop 5%, harga juga terkoreksi sehingga mempengaruhi performa 2024,” kata Donny dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (4/12/2024).
Padahal menurutnya selama ini sekitar 70% sumber pendapatan perusahaan berasal dari penjualan semen di tingkat ritel, bukan penjualan produk untuk proyek pembangunan tertentu. Sehingga total pendapatan bruto perusahaan ikut turun hingga 5%, dari Rp 27,66 triliun 2023 menjadi Rp 26,29 pada 2024. “Volume itu turun 4% dan pendapatan bruto yang turun 5%, meskipun kita manage biaya operasi, tapi penurunan dari sisi volume dan harga ini yang menyebabkan kinerja keuangan jauh lebih rendah dibandingkan tahun yang sebelumnya,” terangnya.
Pada akhirnya, perusahaan mencatatkan laba operasional perusahaan per September 2024 hanya Rp 1,88 triliun. Jumlah ini tercatat mengalami penurunan hingga 44% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,36 triliun . (j05)