Keluarga Dukung Perempuan Berani Bersuara

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada):Sebagai lingkungan terkecil dalam suatu negara, keluarga turut membentuk corak masyarakat sekaligus menjadi bagian strategis di dalam pengembangan sumber daya manusia. Pasalnya, dalam keluarga, individu tumbuh dan berkembang, termasuk perempuan yang berani bersuara untuk hak dan kewajibannya.

“Keberhasilan negara dalam mewujudkan masyarakat yang setara, tentunya tidak bisa lepas dari peran keluarga sebagai unit terkecil dan terdekat, yang memberikan corak, perilaku, dan kebiasaan dari anggota keluarga dalam membangun relasi di masyarakat,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dalam Webinar Peringatan Hari Kartini ‘Dare to Speak Up: Dimulai dari Keluarga’, Jumat (22/4).

Oleh karena itu, lanjut Bintang, penting bagi semua anggota keluarga untuk memahami hak dan nilai-nilai kesetaraan gender yang merupakan landasan dasar terciptanya keluarga yang berkualitas dan maju.

“Keluarga yang berkualitas dan maju ini nantinya akan mampu menghindarkan dan melindungi setiap anggotanya dari permasalahan sosial yang ada di lingkungan sekitarnya, seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, perkawinan anak, perdagangan orang, juga praktik-praktik kekerasan,” ungkap Menteri PPPA

Menteri PPPA menuturkan dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan dan anak, keluarga harus mampu menjadi garda terdepan sebagai pelindung bagi seluruh anggota keluarganya. Untuk mencapai hal ini, perlu dilakukan upaya berupa edukasi dan pemahaman tentang berbagai informasi terkait pencegahan kekerasan, bahaya atau resiko yang terjadi serta keberanian untuk melaporkan jika terjadi kasus kekerasan di keluarga. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi landasan bagi upaya pencegahan dan penanganan kekerasan yang lebih luas.

“Selain mengajarkan tiap-tiap anggota keluarga terkait kerentanan mereka, serta bagaimana cara mengidentifikasi kekerasan dari sekitar, kita juga perlu membangun strategi dalam mencegah dan menangani situasi kekerasan. Salah satunya dimulai dengan membangun perspektif yang memihak pada korban. Dalam menyikapi situasi kekerasan, suara adalah senjata pertama yang bisa kita gunakan untuk melawan balik. Segala bentuk kekerasan yang terjadi harus dilaporkan. Kalaupun suara itu tidak datang dari korban, maka kita, sebagai keluarga, sebagai orang terdekat, sebagai warga negara, harus mampu mewakilinya, demi keadilan yang sebaik-baiknya bagi mereka yang terampas haknya,” ujar Menteri PPPA.

Menteri PPPA berharap semua pihak dapat terlibat dan berpartisipasi aktif dalam upaya menjadikan keluarga yang tangguh, khususnya dengan mendorong perempuan berani bersuara untuk menyuarakan apa yang mereka alami, mereka dengar, dan apa yang mereka lihat di sekitarnya. “Oleh karena itu, melalui momentum peringatan Hari Kartini, saya sekali lagi ingin memberikan semangat kepada kita semua betapa pentingnya memaknai perjuangan Kartini sebagai upaya untuk memajukan perempuan, salah satunya melalui keberanian bersuara untuk memperjuangkan hak perempuan,” imbuhnya.

Sementara itu, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Armei Arief M.Ag mengatakan keluarga merupakan unit terkecil yang dapat membentuk dan menentukan pribadi seseorang. Beliau mengatakan sebuah keluarga harus memiliki tiga unsur dasar agar menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah yakni dengan agama hidup menjadi lebih terarah, dengan ilmu hidup menjadi mudah, dan dengan seni hidup menjadi indah. Maka dari itu, untuk menjadi keluarga tangguh dibutuhkan ketiga unsur tersebut sebagai fondasi dalam keluarga.

“Keluarga yang tangguh dapat membentuk menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Untuk itu, peran keluarga menjadi sangat krusial dan penting. Hal yang sama juga bagaimana keluarga dapat melindungi anggota keluarganya dari segala bentuk kekerasan terutama terhadap perempuan dan anak,” ujarnya.

Disi lain, Sekjen PP Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Andik Matulessy menyampaikan bahwa kesehatan mental dalam sebuah keluarga menjadi faktor yang juga sangat penting dalam membentuk keluarga yang bahagia dan bebas dari kekerasan. Beliau mengungkapkan kesehatan jiwa atau mental adalah kondisi dimana seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, sosial, dan spiritual sehingga individu tersebut menyadari akan kemampuan dirinya dan mampu mengatasi tekanan, bekerja produktif, dan berkontribusi terhadap komunitas sekitarnya. Selain itu, kemampuan diri seseorang untuk memberikan sesuatu kepada orang lain di sekitarnya juga dipengaruhi dengan kesehatan mental yang baik. Maka dari itu, sebuah keluarga masing-masing individunya menjadi penting untuk mendapatkan pendidikan menjaga kesehatan mental yang baik.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Penyintas kekerasan, Imelda Perbanty Purba yang berbagi pengalaman saat mengalami dan pasca mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan kekerasan fisik. Imelda juga membagikan motivasi bagaimana perempuan harus berani bicara dan melaporkan jika mengalami dan melihat kekerasan disekitarnya, hal ini agar perempuan bisa mendapatkan hak dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan yang dialaminya.(J02)

  • Bagikan