Jadi Khatib Idul Adha 1445 Di Masjid Istiqlal, Prof Suyitno Angkat Keteladan Keluarga Nabi Ibrahim

  • Bagikan
Jadi Khatib Idul Adha 1445 Di Masjid Istiqlal, Prof Suyitno Angkat Keteladan Keluarga Nabi Ibrahim

JAKARTA (Waspada): Kepala Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan (Kaban Litbang dan Diklat) Kementerian Agama, Amien Suyitno bertugas sebagai khatib pada salat Idul Adha 1445 Hijriyah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (17/6/2024) pagi.

Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin, sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju dan para duta besar ikut menjadi jamaah. Sedangkan Imam salat dipimpin oleh Imam Besar Martomo Malaing.

Suyitno membawakan khotbah dengan tema “Semangat Idul Adha, Hadirkan Cinta dan Kepedulian Sosial.” Dalam khotbahnya, dia mengajak jamaah untuk merenungkan makna yang dalam dari perayaan Idul Adha.

 “Hari raya ini tidak hanya tentang berkurban, tetapi juga tentang nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial yang dapat kita petik dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam, Nabi Ismail alaihissalam, dan Siti Hajar al-Qibthiyah al-Misriyah,” ujar Suyitno.

Suyitno mengisahkan perjuangan Nabi Ibrahim alaihissalam dalam memperoleh keturunan yang pada akhirnya dianugerahi seorang putra bernama Nabi Ismail alaihissalam. Kisah Siti Hajar yang ditinggalkan di lembah tandus Hijaz bersama putranya Ismail juga menjadi sorotan dalam khotbah tersebut.

Ketika Ismail mencapai usia balig, Nabi Ibrahim alaihissalam mendapatkan petunjuk melalui mimpi untuk menyembelih putranya. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat As-Shafat ayat 102.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” (QS: As-Shafat ayat 102).”

Ayat tersebut menggambarkan dialog yang demokratis antara ayah dan anak sebelum mengambil keputusan penting. Keluarga Nabi Ibrahim menunjukkan kepribadian mulia dengan kepatuhan penuh kepada perintah Allah Swt, yang menjadikan Nabi Ibrahim alaihissalam mendapat gelar Khalilullah,” ujar Suyitno.

Pada kesempatan tersebut, Suyitno juga menyoroti keteguhan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh Siti Hajar, ibu dari Nabi Ismail alaihissalam, sebagai simbol ketokohan tripartit antara ayah yang tegas dan demokratis, anak muda yang tangguh dan pemberani, serta ibu yang penuh kasih dan sabar.

“Perjuangan Siti Hajar mencari air di padang pasir yang tandus hingga munculnya mata air zam-zam sebagai karunia Allah, mengajarkan kita tentang keteguhan, ketulusan, dan kepedulian,” ungkapnya.

Khotbah itu tidak hanya mengingatkan umat muslim akan makna berkurban, tetapi juga pentingnya menjaga semangat kepedulian dalam kehidupan sehari-hari.

“Seperti Siti Hajar yang tak kenal lelah mencari pertolongan dan air bagi anaknya, kita diajarkan untuk selalu berusaha dalam menciptakan kebaikan bagi sesama,”sambungnya.

Bangsa yang besar, kata Suyitno, membutuhkan figur-figur seperti Nabi Ibrahim alaihissalam yang tegas dan memegang teguh prinsip meskipun menghadapi situasi sulit dan berisiko. Sosok pemuda seperti Nabi Ismail alaihissalam, yang ulet dan berani, juga sangat dibutuhkan.

Suyitno menutup khotbahnya dengan mengutip syair dari Ahmad bin al-Husein al-Ja’fi al-Kindi al-Kufi (Al-Mutanabbi) yang mengajarkan tentang mencapai kemuliaan dengan usaha dan pengorbanan.(J02)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *