JAKARTA (Waspada): Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan, ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi di antara negara-negara G20. Momentum ini di nilainya sebagai modal untuk menumbuhkan rasa optimisme.
“Ekonomi Indonesia mampu tumbuh cukup tinggi yakni 5,44 persen pada kuartal II 2022. Kita harus optimis, dan perkiraan saya ekonomi akan tumbuh di kuartal III ini 5,4 persen sampai 6 persen,” katanya dalam United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023, Kamis (29/9) di Jakarta.
Menurut Jokowi, perkiraan tersebut didasari optimisme konsumen yang berada di posisi tinggi, di mana Indeks Kepercayaan Konsumen berada di angka 124,7 pada Agustus dibanding pada Juli hanya 123.
“Artinya, di situ ada optimisme. Kemudian, juga ini berkaitan dengan perbankan, kredit tumbuh 10,7 persen, Ini juga menurut saya cukup tinggi,” ujar Jokowi.
Kemudian, lanjutnya, neraca dagang Indonesia juga surplus 28 bulan berturut-turut, termasuk pada Agustus kemarin surplus 5,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
“Ini gede banget loh angka surplusnya. Selain itu, PMI Manufaktur kita di angka di atas global yakni 51,7,” ungkapnya.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa momentum pemulihan ekonomi Indonesia relatif masih kuat di tengah situasi perekonomian dunia yang penuh ketidakpastian,
Dia mengatakan, berbagai indikator seperti realisasi pendapatan negara yang didorong oleh tumbuhnya pendapatan pajak, angka optimisme konsumen, hingga indeks manufaktur menunjukkan angka yang menggembirakan.
“Kita lihat realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.764 triliun, ini tumbuh 49 persen year on year (yoy). Kemudian penerimaan pajak sampai sekarang mencapai Rp1.171 triliun, tumbuh 58 persen. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada para pembayar pajak,” tandas Jokowi.
Dari berbagai indikator tersebut, Presiden pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2022 bisa berada di atas pertumbuhan kuartal II yang mencapai 5,44 persen.
Meski begitu, Jokowi menceritakan bahwa dirinya kerap mengingatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani agar dapat menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan baik.
“Saya selalu sampaikan ke Menteri Keuangan. ‘Bu kalau punya uang di APBN kita, (harus) dieman-eman’. Dieman-eman itu dijaga hati-hati mengeluarkannya. Harus produktif, harus memunculkan return yang jelas,” terangnya.
Presiden mengakui, karena sekarang ini arah ekonomi dan pemulihannya ke depan belum diketahui dan serba tidak jelas. Sejumlah masalah muncul disaat masalah lainnya belum terselesaikan. (J03)