JAKARTA (Waspada): Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, di sisi domestik terjadi peningkatan inflasi inti yang mengindikasikan adanya peningkatan permintaan. Seperti, sektor manufaktur mencatat peningkatan kinerja yang menggembirakan.
Namun, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti Pemilu 2024 dan Ramadan, diingatkan pelaku pasar perlu mencermati potensi normalisasi pertumbuhan ekonomi serta dampaknya terhadap harga komoditas.
“Dalam menghadapi dinamika global dan tantangan ekonomi di Tanah Air ini, OJK telah mengambil langkah-langkah proaktif dengan menerapkan kebijakan uji ketahanan terhadap industri jasa keuangan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar Konferensi Pers Bulan April 2024, Senin (13/5/2024).
Langkah ini , lanjutnya, diharapkan dapat mengurangi risiko finansial yang mungkin timbul. OJK juga terus meminta sektor keuangan untuk melakukan mitigasi dan pemantauan kondisi secara berkala.
Selain itu, koordinasi yang erat dengan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian diharapkan dapat melahirkan kebijakan yang tepat guna dan tepat waktu, sesuai dengan dinamika ekonomi global yang terus berubah.
“OJK mengambil kebijakan uji ketahanan (stress test) terhadap industri jasa keuangan [bank, multifinance, dan lembaga keuangan lainnya], agar semua risiko keuangan dapat termitigasi dengan baik,” ujarnya.
Mahendra mengatakan, kondisi pasar keuangan kini pesimis terhadap bank sentral Amerika Serikat [The Fed] akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Sementara kekuatan ekonomi dunia lainnya, yakni Inggris dan daratan Eropa akan bertindak sebaliknya akibat masih lemahnya ekonomi dan tingginya inflasi.
Akibatnya menyebabkan dampak signifikan terhadap pasar global, termasuk Bank Sentral Eropa dan Inggris yang kini berada dalam dilema, karena masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah dan inflasi yang tinggi.
“Sehingga pelaku pasar mengekespektasikan bank sentral ini [Inggris dan Eropa] akan menurunkan suku bunga untuk memacu ekonomi masing-masing negaranya,” ungkap Mahendra.
Karena itu, sambungnya, ekonomi global saat ini masih dipenuhi oleh ketidakpastian yang didorong oleh ketegangan geopolitik.
“Selain itu, adanya proyeksi penurunan inflasi global yang berada di bawah ekspektasi pasar sehingga menimbulkan goncangan di pasar keuangan global, tutur Mahendra.
Meski begitu OJK menyebut, kredit per Maret 2024 tumbuh dobel digit, sebesar 12,4% secara tahunan menjadi Rp7.245 triliun secara tahunan. Angka ini naik secara bulanan, dari Februari 2024 yang mencapai 11,28%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan di tengah volatilitas pasar keuangan global, kinerja industri perbankan menunjukkan kondisi resilien dan stabil.
Profitabilitas perbankan yang tercermin dari return on asset [ROA] berada di level 2,62% per Maret 2024, naik 2,52% dari bulan sebelumnya. Lalu net interest margin [NIM] mejadi 4,59% dari bulan sebelumnya 4,49%.
“Permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan berada pada level 26% per Maret 2024, dari 27,72% pada Februari 2024. Ini memberikan arti bahwa bantalan mitigasi risiko [perbankan] cukup solid di tengah kondisi ketidakpastian global saat ini,” terangnya. (J03).