
Ratusan meja berjejer untuk Sarapan Bergizi Keluarga Melalui Gerakan Kembali ke Meja Makan merupakan program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk penurunan stunting dan keluarga bahagia Indonesia di Balai Diponegoro, Kodam IV/Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/6/2024). Waspada/Hasriwal AS
SEMARANG (Waspada) : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar program “Gerakan Kembali ke Meja Makan” mendapatkan tiga manfaat dan mengetahui apakah sudah memenuhi gizi seimbang pencegahan stunting untuk kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
“Sebetulnya BKKBN ingin mendapatkan 3 manfaat di dalam program Kembali ke Meja Makan. Pertama bagaimana selama ini kita kehilangan dengan anak-anak kita, keluarga kita kesempatan untuk bisa curhat. Memanfaatkan waktu quality time yang bagus itu seperti apa? Itu menjadi pertanyaan kita juga. Ini satu harapan kita bisa curhat di meja makan antar anggota keluarga,” ungkap Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo dalam acara Sarapan Bergizi Keluarga Melalui Gerakan Kembali ke Meja Makan, di Balai Diponegoro, Kodam IV/Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/6/2024).
Manfaat yang kedua lanjut dr. Hasto, kita ingin sekali mentransformasikan nilai-nilai di dalam keluarga kepada anak-anak kita. Waktunya kapan lagi kita bisa sharing kepada anak-anak kita untuk masalah nilai-nilai luhur, karakter, budaya, orang tua kita dulu kemudian kepada anak-anak.
“Dan yang ketiga tentu yang ada hubungannya dengan stunting ini. Memang kita kritisi lah, memang meja makan kita ini sudah memenuhi syarat atau belum untuk mencegah stunting, untuk gizi yang seimbang, dan untuk kualitas SDM yang unggul,” terangnya.
Ia mencontohkan, tadi makanan yang di depan bapak ibu sekalian luar biasa itu kira-kira makanan balita atau ibu hamil ya? Ini ibu hamil atau mungkin calon pengantin itu cocok. “Tapi kalau boleh saya mereview sedikit kalau untuk balita telurnya bagus, ibu hamil juga bagus. Karena telur itu mengandung DHA dan Omega 3. Maka saya lihat tadi telurnya pada habis sudah habis baguslah,” ujar dr. Hasto.
Diaktakannya, nasi mengandung karbohidrat yang memang untuk tenaga harus ada nasinya, ada dagingnya, ini ahlinya dari Badan Pangan yang juga jelas mengandung protein hewani.
“Karena mencegah stunting harus ada protein hewani tetapi ikan dan telur jauh lebih baik karena mengandung DHA Omega 3. Jadi saya kira makanan yang kita makan cukup bergizi ada buahnya,” katanya.
Makanan yang bergizi yang ada di meja makan kata dr. Hasto, bukan hanya untuk ibu hamil, balita, dan yang mau hamil.
“Tetapi orang tua jangan lupa, karena ke depan kita akan melimpah penduduk lansia. Oleh karena itu makanan juga memperhatikan orang tua. Ibu-ibu harus lebih diperhatikan karena ibu-ibu banyak yang umurnya panjang dibandingkan bapak-bapak. Ketika ibu-ibu sudah umur 51 tahun ke atas, rupanya makanan tu harus berbeda karena ibu-ibu yang umur 51 tahun ke atas itu sudah menopause rata-rata, tidak lagi menstruasi. Produksi telurnya habis, hormon estrogennya habis, karena kalau terus dibiarkan habis kulitnya keriput, tulangnya keropos,” terang dr. Hasto.
Sehingga kata dr. Hasto, jangan lupa kembali ke meja makan banyak nilai positifnya, terutama menghadapi anak-anak yang masih sekolah seolah-olah hidup di alam sendirinya.
Ketika ada masalah lebih baik dipecahkan di meja makan.
“Ayolah kembali ke meja makan. Itulah harapan kami untuk bisa kembali ke meja makan, banyak sekali manfaatnya dan hari ini kita praktekkan. Mudah-mudahan ini tidak hanya seremonial tetapi kemudian nanti kita bawa di tengah-tengah keluarga kita, kemudian juga ke tengah-tengah masyarakat semuanya. Semoga menjadi keluarga yang tenteram, mandiri dan bahagia,” kata dr. Hasto.
Diakuinya, program kembali ke meja makan ink adalah suatu tantangan. “Dan hari ini kita penuh tantangan. Bagaimana tantangan kita untuk menghadapi anak-anak kita yang seolah-olah hidupnya sudah di alamnya sendiri. Orang tua sekali lagi sering kehabisan cara dan kosa kata. Sebenarnya ini adalah suatu ikhtiar, karena kalau tanpa ikhtiar sama sekali, saya kira kita juga berat. Kemudian ikhtiar itu mengandung makna yang dalam, karena apa? Nasihat para sesepuh pun kalau kita ada konflik itu paling baik menyampaikannya itu di dua tempat.
“Para ulama pun juga memberi nasihat yang sama. Sehingga betapa indahnya ketika kita ini ada masalah itu tidak memberi nasihat sambil jalan, sambil berdiri. Kita duduk sambil makan itu lebih baik. Mungkin memang tidak bisa setiap hari, mungkin terus kita satu keluarga dengan anak idi meja makan bersama. Saya kira sulit,” pungkasnya.
Program kembali ke meja makan itu dihadiri Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Panglima Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi, dan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Diketahui acara tersebut merupakan rangkaian Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 yang puncak acaranya akan dilangsungkan di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Kota Semarang, Minggu (30/6/2024).
Pangdam Diponegoro mengapresiasi program kembali ke meja makan tersebut memiliki nilai-nilai kebaikan dalam satu keluarga.
“Anak anak memiliki dunia masing-masing. Dengan program ini jadi lebih baik, banyak nilai positif. Anggota keluarga dapat berkomunikasi, sekaligus menumbuhkan kepedulian dan percaya diri pada anak,” kata Mayjen TNI Deddy Suryadi.
Sementara, Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana menyambut baik program tersebut dapat berjalan dengan baik penurunan stunting, dan karena gerakan ataupun sarapan bergizi keluarga ini merupakan salah satu untuk menurunkan stunting sebagaimana harapan masyarakat Jawa Tengah khususnya.
“Makanya kami harapkan kepada masyarakat di Jawa Tengah, terkadang orang tua gitu kan, orang tua terlalu menyibukkan diri, kita lupa dengan keluarga kita. Makanya perlu ada quality time, perlu ada waktu yang berkualitas untuk memperhatikan kepada anak-anak kita. Ini diingatkan, dan saya rasa ini suatu inovasi dan mengikatkan kembali dari Pak Kepala BKKBN terkait dengan masalah kembali ke meja makan,” kata Nana Sudjana(j01)