JAKARTA (Waspada): Presiden RI Kelima yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri menjelaskan dirinya telah menginformasikan ke Presiden Joko Widodo mengapa tidak bisa menghadiri di Peringatan Hari Lahir Pancasila 2022 di Ende, hari ini.
Hal itu disampaikan Megawati saat menjadi pembicara kunci di Seminar Nasional Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) bertema “Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta” dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022, Rabu, (1/6/2022).
“Beliau sekarang di Ende. Saya pamit kenapa? Karena ini saya anggap penting. Padahal saya ditanya, kenapa Bu Mega tidak muncul sebagai dewan pengarah BPIP, biasa toh wartawan kan jahil, saya bilang karena bagi tugas. Disana ada pengurus BPIP. Saya merasa saya akan ketemu para rektor yang akan mengintroduksi, karena rektor yang memutuskan kurikulum,” papar Megawati.
Dalam kesempatan itu, Megawati mengingatkan jangan sampai kita terseret arus dunia, dan sudah selayaknya kita terus berkehidupan dengan berlandaskan ideologi Pancasila.
“Jangan kita melupakan Pancasila hanya gara-gara dibuat Bung Karno,” ucapnya.
Megawati meminta para rektor agar memperhatikan kurikulum yang bisa menjaga pelaksanaan ideologi Pancasila.
“Jadi bagaimana bapak-bapak rektor, supaya ini dapat menjadi sebuah kurikulum yang mau tidak mau harus diutarakan supaya anak didik kita tahu bangsa ini terbentuk karena adanya Pancasila sebagai perekat bangsa,” pintanya.
Megawati mengaku pernah bicara dengan Menteri Pendikan Nadiem Makarim yang menyusun kurikulum. Megawati mengingatkan pudarnya upacara bendera setiap hari Senin di sekolah.
“Apakah masih ada semangat heroik. Saya ingin cita-citakan Indonesia Raya,” katanya.
Moderator seminar yang juga Rektor Untirta, Fatah Sulaiman, pun mengajak peserta yang mengikuti secara luring dan daring memberikan tepuk panjang atas pilihan Megawati berdialog bersama Forum Rektor.
“Kita apresiasi Bu Mega yang harusnya di Ende tapi memilih bersama kita Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa,” kata Fatah.
Warisi Gagasan Soekarno-Hatta
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi Nadiem Makarim mengatakan peringatan hari lahir Pancasila kali ini adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk merefleksikan, membumikan dan mewariskan ide dan gagasan Soekarno-Hatta sebagai bekal Indonesia melompat ke masa depan. Karenanya, perlu merapatkan barisan, bergerak serentak melahirkan pelajar Pancasila dan mewujudkan merdeka belajar.
“Tentu tidak ada yang meragukan kedaulatan Pancasila yang sampai hari ini menjadi petunjuk bagi kita menjalani kehidupan bermasyarakat dan bertanah air. KIta harus mengakui zaman sudah berubah. Generasi muda kita punya cara berbeda dalam memaknai semangat nasionalisme dan kebangsaan. Oleh karena itu, upaya untuk membumikan pemikiran Bung Karno-Bung Hatta perlu dilakukan. Bukan untuk mengurangi esensi ide beliau, tapi untuk mewariskan kepada generasi penerus Indonesia,” papar Nadiem.
Ia menjelaskan, itulah yang jadi semangat pendidikan Pancasila yang diterapkan kementeriannya melalui kebijakan merdeka belajar.
“Sejalan dengan visi Presiden Jokowi, yakni mengedepankan pendidikan karakter murid secara utuh dengan berlandaskan nilai-nilai pancasila, Kami saat ini telah mendorong pendidikan Pancasila yang lebih membumi dan lebih relevan dengan generasi muda saat ini melalui implementasi kurikulum merdeka,” kata Nadiem.
Untuk itu terus dikampanyekan melalui konten-konten edukasi yang ditayangkan di kanal-kanal media sosial.
“Dengan cara ini nilai-nilai luhur Pancasila yang telah dicetuskan oleh Soekarno-Hatta menjadi semakin dekat dengan anak-anak kita, generasi penerus yang akan meneruskan cita-cita pendiri bangsa Indonesia,” lanjut Nadiem.
Sementara itu, Ketua FRPKB, Prof. Aom Karomani, mengatakan saat ini waktu terus bergulir dan kita di era milenial dimana terjadi pergeseran nilai-nilai yang selama ini kita yakini menjadi sesuatu yang relatif. Nasionalisme sedang diuji oleh nilai-nilai baru. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia mengalami krisis identitas bangsa. Dunia tanpa batas dimana nilai lokal tergantikan nilai global. Dunia mengalami era metaverse dan serba digital.
“Tugas menjaga nilai kebangsaan semakin menantang dan tidak bisa dengan cara konvensional. Menjaga agar kita bisa beradaptasi tanpa melepaskan jati diri, menjadi tugas membunyikan nilai-nilai nasionalisme dalam berbagai wadah dengan lebih kreatif,” katanya.
“Harus bekerja keras dan cerdas untuk Indonesia yang lebih baik. Bung Karno berpesan untuk membangun negara, tidak ada kata untuk berhenti. Forum Rektor berkomitmen menjaga ideologi bangsa,” pungkas Aom.
Dalam seminar ini, Prof. DR. (HC) Megawati Soekarnoputri menjadi pembicara kunci. Sementara dua narasumber yang juga memberi paparan adalah Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Ganefri, Ph.D. (J05/irw)