JAKARTA (Waspada): Anggota Komisi X DPR RI Habib Syarief Muhammad menilai
Pemerintah lebih memprioritaskan sekolah-sekolah unggulan sedangkan perhatian terhadap lembaga pendidikan pesantren ataupun madrasah minim.
Senada dengan itu Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq menyorot perlunya perhatian pemerintah terhadap pesantren dan madrasah.
Pemerintah kata Habib Syarief lebih memperhatikan sekolah unggulan yang sementara ini lebih memprioritaskan kecerdasan akademis tetapi kurang memperhatikan pembentukan karakter.
“Namun sayang sampai hari ini perhatian pemerintah terhadap baik pesantren ataupun madrasah sangat minim kalau kita banyak mendengar guru-guru yang gajinya atau pendapatannya 200 atau 300.000 per bulan jangankan di luar Jawa di Jawa saja masih banyak. Di Jawa Barat saja masih banyak guru-guru agama yang gajinya itu 200.000 terus dan itu mayoritas guru-guru madrasah guru-guru ibtidaiyah. kalau pesantren biasanya full dedikasi,” ungkap Habib Syarief dalam diskusi Dialektika Demokrasi ‘Mengawal Komitmen Kementerian Agama Dalam Penerapan Kebijakan Pesantren Ramah Anak di Gedung DPR RI Jakarta Kamis (6/3).
Dalam kesempatan itu Habib menyarankan kepada Komisi 10 agar supaya Mendikdasmen dan Menteri Agama untuk secepatnya bisa duduk bersama.
“Jadi ada semacam perlakuan diskriminasi ditambah lagi kementerian agama ini termasuk kementerian yang menjadi prioritas pemerintah dalam undang-undang 23 Kemendagri baik provinsi maupun kabupaten tidak tercantum bantuan untuk pendidikan agama dianggapnya dari pusat,”ujarnya.
Oleh karena itu, katanya lagi, mudah-mudahan undang-undang Sisdiknas yang akan kita coba revisi bisa mengakomodasi bisa mengcover kebutuhan-kebutuhan atau keperluan keperluan berkaitan dengan sekolah-sekolah pesantren-pesantren madrasah madrasah yang berada di Kementerian Agama.
“Kita sangat bangga bahwa beberapa MAN negeri di beberapa kota malah lebih unggul daripada SMA negeri yang ada di sekolah tersebut . Ada beberapa Man itu hampir 70% alumninya itu bisa diterima di beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia tentu saja sangat banyak masalahnya berkaitan dengan pendidikan pesantren atau madrasah pesantren. Biarkanlah pesantren dan madrasah berjalan dengan ciri khasnya ada dua jenis ada pesantren salaf yang lebih mengutamakan pendidikan agama pure agama ada pesantren yang sudah dikombinasikan sudah di modernisasi dengan mengadakan program classical yang namanya ibtidaiyah, Tsanawiyah dan madrasah Aliyah. Selain itu di pesantren dan madrasah ada figure kyai – kyai menjadi figur sentral. “Jadi yang namanya santri apa yang dilakukan oleh kyai itu akan menjadi panutan saya sebagai orang yang pernah dibesarkan di pesantren tidak ada yang namanya kyai bangun subuh kesiangan biasanya mereka jam 03.00 Subuh sudah keliling jadi kyai itu menjadi bapak kedua dari yang namanya santri dan yang terutama sekali yang mungkin agak sedikit lekat dengan alumni pesantren kita kenal manajemen ikhlas. “Jadi segala semuanya ikhlas ikhlas,”ungkapnya.
Tidak heran banyak sekali sampai sekarang ini pesantren yang santrinya itu gratis Lirboyo kurang lebih kalau tidak salah 18.000 di Jombang saja ada 5 pesantren Tebuireng Denanyar Tambak Beras Ploso Cukir dan sebagainya rata-rata di atas 10.000 santrinya dan kebanyakan itu gratis sewa kamar tidak ada sewa kamar itu menjadi tanggung jawab kyai.
“Alhamdulillah karena kiainya barokah jadi persoalan ekonomi tidak pernah mencuat ke permukaan. Kalaupun beberapa tahun terakhir ada beberapa kasus para pengasuhnya yang terlibat dengan hal-hal yang sifatnya seksual itu jumlahnya sangat kecil dan bukan ciri utama. Jadi saya harus menetralisir saya harus memberikan klarifikasi kenapa sekarang ini ada ini dan itu hanya satu dua yang dilakukan oleh oknum dan biasanya bukan kyai utama jadi kyai pesantren ada lapisan pertama lapisan kedua lapisan ketiga dan seterusnya,”ujar Habib Syarief.
Maman Imanulhaq Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq menyatakan perlindungan terhadap pesantren telah dilakukan oleh Kementerian Agama lewat beberapa aturan misalnya soal nomor induk pesantren, lalu juga ada piagam pesantren.
Persoalannya ada beberapa oknum negara yang justru mengatasnamakan Pesantren, pesantrennya tidak ada tetapi masuk terdaftar mendapat bantuan dana, sehingga mendapatkan uang. “Jadi aneh pesantren yang asli justru tidak dapat apa-apa dan tidak mengharap apapun kecuali afirmatif. “Kata orang Sunda pesantren jajadian. Namanya tertulis dibantuan di daftar-daftar yang penerima bos dan sebagainya tetapi enggak ada dalam realita. Persoalannya duitnya kemana?, ungkap Maman.
Jadi pengawasan itu katanya lagi, tidak sekedar daftar dan setelah itu dibiarin dapat bantuan tetapi ternyata tidak ada penyelenggaraan pendidikan. Kalau ada pengawasan tiba-tiba mendadak mereka membuat papan nama lalu ada orang lagi main disuruh pura-pura jadi santri dan lain sebagainya. Sementara gaji guru di pesantren dan madrasah yang benar -benar mengajar masih ada 300 ribu sebulan.
Maman membenarkan Kemenag khususnya telah membikin pesantren ramah anak.
“Tetapi saya melihat gaya birokrat kita pak presidennya boleh ganti tapi birokrasinya tetap saja di lokasi selalu tidak sistematis. Istilahnya kalau ada kasus baru respon setelah itu lama lagi bukan responsif reaksinya jadi tidak substansial. Padahal kalau kita bikin dengan jumlah pesantren di Indonesia ada 39.551 dengan jumlah santri 5 juta santri. Ini sebuah potensi besar kalau kita mau mengacu kepada Indonesia nanti di 2045. Maka persoalannya santri tidak tersentuh berarti ada persoalan,”ujar Maman.(j04)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.