MEDAN (Waspada) Puluhan supir angkutan rute Medan-Berastagi bersama warga melakukan unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumut, jalan Diponegoro, Rabu (18/12) siang.
Dalam aksinya, pendemo meminta agar Pemprov Sumut segera menuntaskan pengerjaan Beronjong pengaman di jalur Medan menuju Berastagi.
Pendemo mendesak pemerintah supaya memprioritaskan keselamatan bagi warga yang ingin melintasi jalur Medan-Berastagi.
“Kami mohon Gubernur ada di sini, supaya kita lanjutkan perbicaraan ini. Tolong Pak Gubernur, tolong hadir di sini,” ucap salah seorang pendemo di siang itu.
Pendemo meminta kehadiran Gubernur Sumut yang dalam hal ini adalah Pj. Gubsu
Agus Fatoni untuk hadir menerima aspirasi yang disampaikan warga.
Aksi unjuk rasa ini merupakan buntut dari musibah longsor di Sibolangit beberapa waktu lalu. Setidaknya, musibah longsor yang terjadi di tanjakan tirtanadi Sibolangit malam itu merenggut 10 nyawa.
Jalur Medan-Berastagi yang berbukit dikenal rawan longsor. Musibah longsor di jalur tersebut kerap terjadi dari waktu ke waktu, tak terhitung jumlah korban akibat dari lalainya pemerintah mengantisipasi bencana.
Atas dasar itu pendemo meminta komitmen pemerintah untuk mengamankan jalur tersebut agar kejadian serupa tak terulang kembali.
“Bencana alam yang sangat besar dan merenggut nyawa sampai sekitar 30 orang. Seharusnya menjadi sebuah tugas pemerintah untuk memerintahkan, menyelamatkan nyawa manusia yang juga warga negara Republik Indonesia,” begitu narasi yang disampaikan pendemo.
Puluhan mobil angkutan, mulai dari bus hingga truk tampak berjejer di depan Kantor Gubernur yang sempat membuat arus lalulintas di lokasi menjadi macet.
Aksi Serupa di Flyover Jamin Ginting
Terpisah dari situ, kemarin Selasa (17/12) juga ada aksi serupa di jalan Jamin Ginting. Belasan orang menggelar aksi teatrikal dibawah flyover Jalan Jamin Ginting, Medan.

Dalam aksi teatrikal ini, para peserta membawa keranda mayat sebagai bentuk protes terhadap lambannya respons pemerintah. Mereka menilai tragedi longsor di jalur Medan-Berastagi yang berulang seharusnya menjadi alarm keras untuk mengambil tindakan nyata.
Peserta aksi mempertanyaan keseriusan pemerintah dalam mengatasi titik-titik rawan longsor yang telah lama diprediksi. Meski berbagai pihak sudah mewanti-wanti risiko bencana di jalur strategis ini, langkah konkret untuk mitigasi nyatanya masih minim, berujung pada tragedi yang tak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga melumpuhkan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
“Kami merasa dianaktirikan. Jalur Medan–Berastagi adalah urat nadi ekonomi Sumatera Utara. Jalur ini bukan hanya penting bagi distribusi hasil pertanian dari Tanah Karo ke Kota Medan, tetapi juga sebagai jalur vital pariwisata,” kata Iwan dalam orasinya di bawah flyover Jamin Ginting, Selasa (17/18) siang.
Iwan yang ikut dalam aksi teatrikal ini mengatakan, tragedi longsor kali ini harus menjadi pengingat keras bahwa kesiapsiagaan bencana dan infrastruktur yang aman adalah hal mutlak yang harus diwujudkan.
“Pembangunan jalan layang atau tol di kawasan ini bukan sekadar proyek fisik, tetapi solusi strategis untuk menyelamatkan nyawa, mendukung perekonomian, dan mewujudkan masa depan yang lebih aman bagi masyarakat Sumatera Utara,” pungkasnya.(Adn)