MEDAN (Waspada): Hilirisasi hasil riset Perguruan Tinggi merupakan Amanat UU Pendidikan Tinggi No. 12 Tahun 2012, yang menyebutkan bahwa penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa.
Kemendikbud Ristek mendorong agar hasil riset yang dilakukan di perguruan tinggi dapat memberikan hasil nyata bagi masyarakat dan industri melalui hilirisasi.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Al Washliyah Medan dan juga Ketua tim pelaksana Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) tahun 2024 Dr.Ir.Misdawati, M.Si mengungkapkan, dosen memiliki tiga kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu upaya wujud hilirisasi riset yaitu implementasi/pemanfaatan produk oleh masyarakat luas melalui program pengabdian kepada masyarakat.
Dimana hasil penelitian yang dilaksanakan oleh dosen di perguruan tinggi dalam menjawab berbagai permasalahan di masyarakat, tidak hanya terhenti pada laporan saja tetapi juga harus sampai menjadi produk yang bisa dikomersialkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Tim pengusul PKM 2024 yang berasal dari dosen Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan yang berkolaborasi dengan dosen Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) melakukan kegiatan PKM dengan tema, Pemberdayaan Kelompok Tani Sri Muliya Desa Lestari Dadi Melalui Hilirisasi Teknologi Riset Sains Dosen UNIVA Medan pada 13 Agustus lalu.
Program PKM yang berasal dari pendanaan Direktorat Riset Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi tahun 2024 dilaksanakan di Desa Lestari Dadi, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. dengan sasaran kelompok tani (POKTAN) Sri Muliya.
“Teknologi tepat guna yang diimplementasikan pada kegiatan PKM ini antara lain : Biokonversi limbah organik dengan larva maggot, biopestisida berbasis agen hayati Corynebacterium, teknologi pengolahan eco enzym” ujar Dr Misdawati yang didampingi anggota tim Dr.Syarifa Mayly BD, SP, MP (UNIVA) dan M.Yusuf Dibisono, SP, MP (ITSI).
Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan tentang budidaya maggot, pengenalan penyakit hawar daun pada tanaman padi dan cara pengendaliannya dengan biopestisida corynebacterium, penyuluhan pembuatan ecoenzym dan manfaatnya bagi lingkungan, yang diberikan oleh tim pelaksana sebagai narasumber.
Misdawati menjelaskan, pembuatan ecoenzym dapat mengolah sebagian besar sampah organik makanan di tingkat rumah tangga sehingga dapat mengurangi beban TPA. Ada sekitar 70 % sampah yang terbuang di TPA adalah sampah organik.
Sampah organik di TPA menimbulkan bau tak sedap karena terjadi pembusukan sampah organik, menghasilkan gas metana serta memberi resiko terjadinya ledakan TPA. “Eco enzyme sendiri dapat digunakan untuk pembersih alami yang ramah lingkungan seperti pengganti cairan pel lantai, pembersih toilet/kamar mandi, pembasmi minyak membandel, cairan pencuci piring yang berasal dari bahan kimia dan juga sebagai pupuk,” ungkap Misdawati.
Selain ecoenzym dilakukan juga demontrasi pembuatan biopestisida berbasis agen hayati Corynebacterium, dan biokonversi limbah organik dengan larva maggot.
“Biopestisida Corynebacterium dapat digunakan untuk mencegah/mengatasi penyakit hawar daun pada tanaman padi. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi sekitar 20-30% ujar,” M.Yusuf Dibisono ahli penyakit tanaman dari ITSI.
Sedangkan biokonversi limbah organik dengan larva maggot, dapat dengan cepat mengurai limbah organik tersebut. Dimana hasil akhirnya berupa kasgot (bekas maggot) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan larva maggot yang memiliki protein yang tinggi berpotensi sebagai pakan ternak.
Pada kegiatan PKM ini diberikan juga bantuan alat pendukung produksi dalam sistem integrasi, tanaman ternak. Yaitu mesin pencacah serbaguna yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal antara lain untuk membantu proses pembuatan pupuk organik, pembuatan pakan ternak, sehingga ada peningkatan nilai guna limbah organik dan juga peningkatan nilai tambah produk untuk kesejahteraan petani.
Ketua POKTAN Sri Muliya Desa Lestari Dadi, Marjuki mengucapkan terimakasih atas apa yang diberikan oleh Kemenristekdikti melalui tim pelaksana PKM.
“Kami mengucapkan terimakasih atas sumbangan alat pencacah serbaguna ini, dan kami akan berusaha konsisten untuk menjalankan usaha produksi sistem integrasi tanaman ternak ini dan semoga kami bisa lebih maju dalam mengembangkan usaha kelompok ini” ujarnya.(m22)
Waspada/ist
Tim pengusul PKM 2024 yang berasal dari Dosen UNIVA Medan yang berkolaborasi dengan Dosen ITSI saat kegiatan PKM poto bersama peserta.