Scroll Untuk Membaca

Medan

Saridah Nasution Kisahkan Legenda Putri Hijau Dan Meriam Puntung

SI PERAWAT Meriam Puntung, Syaridah Nasution. Waspada/Partono Budy
SI PERAWAT Meriam Puntung, Syaridah Nasution. Waspada/Partono Budy

MEDAN (Waspada):  Ikon legendaris kota Medan, Istana Maimun, di Jalan Brigjen Katamso Medan, menyimpan berbagai kisah bersejarah. Mulai dari zaman masuknya peradaban Islam, penjajahan Belanda, hingga kemerdekaan.

Salah satu kisah bersejarahnya adalah Meriam Puntung, yang menjadi saksi bisu lahirnya cikal bakal kerajaan Islam, Kesultanan Deli di Kota Medan. Meriam Puntung yang berada di areal Istana Maimun, hingga kini masih dikunjungi wisatawan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Saridah Nasution Kisahkan Legenda Putri Hijau Dan Meriam Puntung

IKLAN

Sang perawat, Saridah Nasution menceritakan bahwa sejarah Meriam Puntung berkaitan erat dengan legenda Putri Hijau, sebagaimana keterangannya kepada Waspada di Medan, Minggu (19/2).

Disebutkan, berdasarkan literatur sejarah legenda Putri Hijau dan Meriam Puntung ada sekitar tahun 1612 lalu.

Saat itu terdapat Kerajaan Haru Baru yang diperkirakan terletak di daerah Deli Tua sekarang.

Kerajaan ini mempunyai putra-putri 3 orang, yakni Mambang Diazid, Putri Hijau, dan Mambang Khayali (Mambang Sakti).

Diikisahkan pada zaman tersebut, bahwa Kerajaan Haru Baru diserang Kerajaan Aceh, yang saat itu diperintah oleh Sultan Iskandar Muda.

Dalam pertempuran tersebut dikisahkan juga pada saat pasukan kerajaan Aceh dapat memasuki benteng pertahanan Kerajaan Haru Baru, Mamang Khayali menghilang dan kemudian meriam meletus secara terus-menerus dengan sendirinya.

Tidak diketahui persis mengapa meriam itu meletus tiada henti, sehingga mengakibatkan panas dan akhirnya pecah menjadi beberapa bagian.

Dari situlah kemudian, meriam tersebut dinamakan Meriam Puntung dan hingga kini pecahan meriam tersebut ada di Istana Maimun, Medan, dan Desa Sukanalu di dataran tinggi Karo.

Selanjutnya, dikisahkan pula Putri Hijau dapat dibawa oleh pasukan kerajaan Aceh kembali pulang ke kerajaan tersebut, dengan persyaratan yang diminta oleh Putri Hijau sebagai berikut.

Yakni, Peti Kaca yang digunakan untuk membawa Putri Hijau selama perjalanan ke Kerajaan Aceh.

Kemudian Bertih, atau padi yang dipanaskan tanpa minyak, dan telur ayam yang nantinya akan ditaburkan ke laut saat kapal yang membawa Putri Hijau memasuki pelabuhan di Kerajaan Aceh.

Disebutlkan, pada saat kapal pasukan kerajaan Aceh memasuki Pelabuhan, ditaburkan Bertih, dan telur ayam ke laut dan tiba-tiba muncul seekor naga dari dalam laut, yang diperkirakan adalah jelmaan dari Mamang Diazid, yang kemudian naga tersebut mengambil (menyambar) peti kaca berisikan Putri Hijau dari atas kapal pasukan Kerajaan Aceh.

Selanjutnya, naga tersebut beserta peti kaca tersebut kembali menghilang ke dalam laut.

Peristiwa ini disaksikan oleh masyarakat kerajaan Aceh di pelabuhan yang menanti atau menyambut kepulangan pasukannya.

Diketahui kemudian, pelabuhan kerajaan Aceh tersebut diperkirakan di daerah Panton Labu atau Aceh Timur sekarang. (cpb)

Saridah Nasution Kisahkan Legenda Putri Hijau Dan Meriam Puntung
Meriam Puntung. Waspada/Ist

)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE