MEDAN (Waspada): Wakil Sekretaris DPW Partai Kebangkitan Bangsa Sumatra Utara (PKB Sumut), Suryani Paskah (foto), meminta pemerintah turun tangan membantu petani. Pasalnya, saat ini petani mengeluhkan harga gabah yang rendah, namun harga beras tinggi.
Suryani Paskah yang juga merupakan Bacaleg DPR RI Partai PKB dari Sumatera Utara 1 yang meliputi Kota Medan, Deliserdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi ini mengatakan, dirinya menerima pengaduan dari petani Serdang Bedagai bernama Frengki.
“Frengki mengeluhkan anomali harga padi (gabah) yang turun di tengah kenaikan harga beras. Padahal biaya operasional juga naik. Menurutnya kondisi ini sudah mencekik petani,” tuturnya dalam keterangannya Senin (6/3/2023).
Suryani Paskah mengatakan, dalam pengaduan itu, Frengki memerinci berbagai biaya yang harus dikeluarkan. Seperti biaya tanam yang naik menjadi Rp 50.000-Rp 70.000 per rante, biaya jetor atau olah tanah Rp 80.000 per rante, biaya racun naik 20%, biaya pupuk naik 20%, namun pupuk subsidi yang disalurkan berkurang jumlahnya, biaya jasa panen Rp 100.000 per rante.
Frengki juga menyebutkan bahwa untuk setiap rante lahan, pihaknya harus mengeluarkan biaya Rp 850.000 dengan perincian biaya tanam Rp 70.000+ biaya jetor Rp 80.000+ biaya jasa panen Rp 100.000+ dan Rp 600.000 yang merupakan biaya pupuk, racun, merumput, jasa semprot dan jasa lainnya.
Total biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 850.000. Sedangkan produksi padi atau gabah per rante sekitar 250 kg dan total pendapatan yang bisa diperoleh sebesar Rp 1.250.000.
“Artinya masih ada selisih hanya Rp 400.000. Sedangkan batas pendapatan penduduk miskin sekitar Rp 500 ribu per kapita. Artinya pendapatan yang diterima petani tersebut di bawah batas garis kemiskinan,” tutur Suryani.
Suryani Paskah mengatakan, agar seorang petani itu bisa menutupi kebutuhan sehari-hari saja, maka dia harus memiliki sekitar 6-7 rante. Dan jika dia memiliki 4 anak maka tinggal dikalikan saja, yakni 6 (anak plus kedua orang tua) dikalikan 7 rante sama dengan 42 rante.
“Ini jumlah minimal lahan yang harus dimiliki petani yang memiliki 4 anak. Sayangnya sedikit petani yang memiliki lahan seluas itu. Bahkan luasan lahan pertanian setiap tahun terus merosot atau berkurang.
Di tengah persoalan tersebut, petani juga harus dihadapkan dengan masuknya beras impor yang kemudian membuat harga beras turun dan begitu juga dengan harga padi atau gabah.
“Harga gabah atau padi yang sudah turun akan kembali merosot akibat masuknya beras impor ini. Dan petani semakin tersudutkan,” ujarnya.
Perhatian
Melihat hal ini, Suryani Paskah meminta pemerintah untuk memberikan perhatian kepada nasib petani. Jangan sampai petani kehilangan gairah untuk menanam dan lebih memilih menjual lahannya.
“Kalau ini terjadinya dalam skala luas, maka kita akan mengalami kerugian besar, karena harus mengimpor beras dalam volume yang besar dan ujung-ujungnya devisa kita tergerus untuk membayar beras impor tersebut,” ujarnya. (rel)