MEDAN (Waspada): Dijanjikan anaknya bisa masuk kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), seorang ibu rumah tangga rela membayar Rp 200 juta kepada oknum kepala SMA Plus JRM Medan dan pengurus bimbingan belajar (bimbel).
Ternyata, setelah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tersebut pada Maret 2024 lalu, anaknya dinyatakan tidak lulus alias gagal.
Merasa ditipu dengan modus dijanjikan lulus masuk ujian di PTN, ibu rumahtangga berinisial Dw itu akhirnya melaporkan oknum pengurus bimbel Genza Education berinisial FYR ke Poldasu pada 12 Agustus 2024 lalu.
“Saya berharap agar penyidik Poldasu secepatnya menindaklanjuti kasus yang saya alami ini,” ujar Dw kepada waspada.id, Jumat (24/1) di Medan.
Dw memperkirakan, ada 7 wali murid yang juga menjadi korban penipuan yang sama sehingga kerugiannya ditaksir mencapai Rp 1,6 Miliar.
Kepada waspada.id, Jumat (24/1) Dw ,40, menceritakan, terduga pelaku penipuan dengan modus masuk PTN adalah pihak yayasan SMA Plus JRM, oknum kepala SMA plus JRM berinisial AS dan pengurus bimbel Genza yang bekerjasama dengan pihak sekolah.
“Kerugian saya mencapai Rp 200 juta
yang dikirim melalui transfer secara bertahap ke AS, oknum Kepala Sekolah yang saat itu menjabat dan perwakilan Bimbel Genza Education Ringroad bernama Fika Yolanda Ramadhani, yang dikenalkan kepala sekolah kepada saya. Kepada AS yang saat itu menjabat kepala sekolah sebesar Rp 80 juta dan sisanya Rp 120 juta kepada FYR, pihak Bimbel. Dikirim secara bertahap,” ujar Dw.
Kasus penipuan tersebut, tambah Dw, berawal saat anaknya yang duduk di kelas 3 SMA takut kalau dirinya nggak bisa masuk ke Fakultas Kedokteran USU sehingga anaknya mengadu ke ibunya bahwa pihak sekolah bisa membantu untuk masuk ke PTN.
Kemudian Dw berkomunikasi dengan terduga pelaku berinisial AS, yang saat itu menjabat sebagai kepala sekolah.
“AS menawarkan kalau dirinya kenal dengan kepala cabang di Bimbel Genza berinisial FYR, yang bisa meluluskan anaknya, yang kala itu kelas 3 SMA ke Fakultas Kedokteran USU dengan membayar sebesar Rp 200 juta. Kalau tidak lulus, maka uang Dw akan dikembalikan 100 persen,” tutur Dw.
Tanpa pikir panjang, Dw pun menyanggupi tawaran dari AS dan membayar Rp200 juta.
“Pembayaran pertama sebesar Rp 80 juta sebagai uang muka dikirim ke rekening AS pada 8 Desember 2023 lalu,” terang Dw.
Usai pembayaran, keesokan harinya 9 Desember barulah muncul surat undangan yang dikirim ke grup whatsApp berisi Kepsek, Wakil dan wali murid berisi sosialisasi program masuk perguruan tinggi.
Surat undangan sosialisasi berkepala surat dari Boarding School SMA Plus Jabal Rahmah Mulia, bernomor 079/A/BSSMAJRM/XII/2023, berstempel sekolah yang ditandatangani Ahcmad Sulu.
“Menurut perjanjian sebagai tanda kesanggupan kita, kita harus menunjukkan bahwa kita punya uang sebesar Rp 200 juta. Tapi jumlah yang mereka pegang hanya Rp 80 juta, dan Rp 120 juta dikembalikan dengan dalih kita berikan lagi ketika anak dinyatakan lulus,”ungkap Dw.
Seiring berjalannya waktu, ternyata seorang terduga pelaku bernama FYR meminta supaya korban membayar sisa Rp 120 juta dengan alasan pihak Universitas Sumatera Utara minta dilunasi.
Sebelum mengirim ke FYR, Dw berkonsultasi dengan AS dan ia mengiyakan kalau Dw harus mengirim uang ke FYR.
“Tapi kemudian si FYR, Bimbel membuat alibi supaya uang kita disetorkan semua dengan dari pihak dari USU meminta pelunasan,” sebut Dw.
Pada Maret 2024, anak Dw mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) namun dinyatakan gagal.
Begitu mengetahui anaknya tidak lulus masuk ke FK USU, Dw mempertanyakan kepada FYR kenapa anaknya tidak lulus.
“FYR berdalih bahwa di USU ada masalah yang telah menjadi sorotan sehingga tidak bisa meluluskan anaknya. Lantas FYR menyarankan anak saya masuk ke Fakultas Kedokteran USU melalui jalur mandiri,” terang Dw.
Setelah mengikuti saran FYR yakni ikut ujian melalui jalur mandiri rupanya anak DW tetap dinyatakan tidak lulus.
“Kemudian dia memberikan masukan supaya kita ikut jalur mandiri. Setelah ikut jalur mandiri ternyata juga mengecewakan, anak saya tidak lulus,” sesal Dw.
Karena merasa ada kejanggalan dalam proses masuk ke PTN tersebut, Dw pun bergegas menemui FYR dan meminta FYR supaya mengembalikan uangnya. Namun FYR terlalu banyak alasan, dan kerap mengulur waktu sampai akhirnya tak bisa dihubungi lagi.
AS, orang yang menawarkan, menjanjikan dan menerima uang Rp 80 juta, saat diminta bertanggungjawab berdalih dirinya tak menerima sepeserpun karena uang diberi kepada FYR.
Sedangkan pihak sekolah disebut buang badan ke AS. Padahal undangan sosialisasi berkepala surat resmi, yang seharusnya diketahui yayasan.
Dw berharap Polisi menangkap sindikat penipuan modus bisa meluluskan masuk ke perguruan tinggi negeri.
Sebab kata Dw, korban yang diketahui sejauh ini ada 7 orangtua siswa di Boarding School SMA Plus Jabal Rahmah Mulia.
Mereka mengalami dugaan penipuan modusnya hampir serupa.
Diperkirakan, dari 7 korban ini kerugiannya ditaksir mencapai Rp 1,6 Miliar.
Untuk korban lainnya, 5 orang dikabarkan melapor ke Polda Sumut, 1 orang ke Polres Labuhanbatu Selatan dan 1 orang melapor ke Polrestabes Medan.
Sementara itu, M Fikri Alhairi, staf akademik Genza Cabang Tanjung Sari (Sebelumnya Genza Education Ringroad) mengakui ada kerjasama dengan SMA Plus Jabal Rahmah Mulia Medan Sunggal tahun 2022, 2023 dan 2024.
Akan tetapi, dalam kesepakatan kerjasama tidak ada disebut jika siswa ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) harus bayar.
“Hanya kerjasama sosialisasi perguruan tinggi, ujian dan kelas pendampingan. Itu hanya dilakukan mbak FYR sebagai oknum. Kita disini sama sekali nggak tahu,”katanya.
“Intinya Genza seluruh Indonesia tidak ada berbayar seperti itu. Dan itu murni mbak Fika yang melakukan aksinya mengatasnamakan Genza,”sambungnya.
Terkait keberadaan FYR, Fikri mengatakan memang FYR sempat menjabat sebagai manager Bimbel Genza Education Ringroad.
Namun sejak kasus dugaan penipuan terbongkar dan banyak yang menuntutnya mengembalikan uang yang diminta, FYR tak lagi bekerja dan melarikan diri.
Modusnya serupa, yakni menjanjikan kepada orang tua siswa anaknya bisa masuk perguruan tinggi negeri setelah membayar.
FYR diduga menipu untuk menguntungkan dirinya sendiri karena hampir seluruh uang dari korban dikirim ke rekening pribadinya.
“Dia mulai tidak bekerja kurang lebih bulan Juli 2024 dan FYR sudah nggak ada kabar, sama juga suaminya kabur.Jadi uang itu dikirim ke rekening FYR dan suaminya.Suaminya sepertinya dijadikan sebagai orang dalam USU.” ujar Fikri.
Fikri menambahkan, sudah banyak orang tua murid yang komplain dan minta ganti rugi kepada pihak bimbel.
“Semua yang dijanjikan FYR anaknya tidak ada yang lulus, meski sudah membayar ratusan juta sehingga manajemen Bimbel Genza menyebut penipuan modus bisa meluluskan masuk ke Perguruan Tinggi (PTN) akal-akalan FYR dan komplotannya.
Uang kas kami sekitar 200 juta juga digelapkannya,” ujar Fikri.
Terkait kasus ini, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Sumaryono mengatakan laporan Dw masih proses penyelidikan dan terus didalami.
Sedangkan untuk laporan korban atas nama YR, yang melapor pada 19 Agustus 2024 lalu, rencananya Polisi akan meningkatkan laporan dari penyelidikan ke tahap penyidikan.
“Masih diselidiki. Untuk laporan yang satu lagi rencananya tanggal 3 Februari gelar perkara naik ke penyidikan,” terang Sumaryono, Jumat (24/1).
Sementara itu, pihak Boarding School SMA Plus JRM di Medan Sunggal saat akan dikonfirmasi wartawan Jumat (24/1) tidak berhasil ditemui. Kepala Sekolah, yayasan maupun Wakil Kepala Sekolah semuanya tidak berada di tempat.(m27)
Ilustrasi
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.