MEDAN (Waspada): Sumatera Utara, termasuk Kota Medan, merayakan Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024 dengan kegiatan yang terbilang sepi dan minim program.
Kondisi ini menimbulkan kekecewaan, terutama di kalangan masyarakat dan tenaga kesehatan yang berharap pada momentum HKN sebagai saat yang tepat untuk mengedukasi publik tentang pentingnya kesehatan dan memberikan apresiasi terhadap para tenaga kesehatan.
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, SH, MH, menyayangkan kurangnya kegiatan dalam perayaan HKN kali ini.
Menurutnya, momentum ini seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat serta memperkuat komitmen pemerintah terhadap layanan kesehatan yang lebih baik. Apalagi, setelah melewati masa pandemi, apresiasi terhadap tenaga kesehatan yang berada di garda depan sangat penting untuk ditunjukkan.
Namun, karena alasan efisiensi anggaran, hampir seluruh dinas kesehatan di Sumatera Utara, termasuk Dinas Kesehatan Kota Medan, memilih tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan publik seperti edukasi masyarakat, pemeriksaan kesehatan gratis, dan kampanye kesehatan yang biasanya diadakan setiap tahun pada peringatan HKN.
“Momentum Hari Kesehatan Nasional bukan sekadar seremonial. Ini adalah simbol komitmen pemerintah dalam memajukan kesehatan masyarakat. Tanpa adanya kegiatan berarti, masyarakat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan edukasi langsung dan pelayanan kesehatan yang sering kali sangat dibutuhkan, terutama di daerah-daerah dengan akses layanan kesehatan yang terbatas,” ujar Dr. Beni kepada wartawan, Selasa (5/11/2024).
Beni menekankan, jika efisiensi anggaran menjadi alasan utama minimnya kegiatan HKN, maka prioritas kesehatan dalam alokasi anggaran pemerintah daerah patut dipertanyakan.
“HKN seharusnya menjadi ajang penting untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan merasakan kehadiran pemerintah dalam meningkatkan akses pelayanan Kesehatan,” bebernya.
Lebih lanjut, Dr. Beni berharap di tahun-tahun mendatang, peringatan HKN dapat dikelola dengan lebih efektif, meskipun dengan keterbatasan anggaran. Ia menyarankan bahwa inovasi dalam bentuk acara yang lebih sederhana namun berdampak langsung bagi masyarakat dapat menjadi alternatif.
“Kolaborasi dengan komunitas, instansi swasta, atau memanfaatkan media digital bisa menjadi cara untuk tetap menciptakan antusiasme masyarakat,” tambahnya.
Minimnya perayaan ini, menurut Dr. Beni, bisa membuat masyarakat merasa bahwa isu kesehatan tak lagi menjadi prioritas utama, padahal kesehatan adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat yang produktif dan sejahtera.
“Saya berharap ke depan, pemerintah daerah bisa lebih bijak dalam memprioritaskan kesehatan sebagai investasi jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara,” tandasnya.
Praktisi kesehatan Sumut, Destanul Aulia, menilai keputusan Dinas Kesehatan yang tidak memperingati Hari Kesehatan Nasional sebagai langkah mundur dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Menurutnya, momen ini seharusnya dimanfaatkan secara optimal untuk memotivasi masyarakat, terutama di Sumatera Utara dan seluruh Indonesia, agar tetap menjaga kesehatan secara nasional.
“Jika kesehatan ini merupakan isu signifikan yang berkontribusi terhadap peningkatan sumber daya manusia, maka keputusan untuk tidak merayakan Hari Kesehatan Nasional merupakan langkah yang kurang bijak,” ujar Destanul.
Ia menyebutkan bahwa acara peringatan ini dapat dilaksanakan dengan anggaran yang minim, dengan memanfaatkan organisasi kesehatan di tingkat provinsi atau kabupaten untuk menggerakkan unit-unit kesehatan di bawah mereka.
Destanul juga menekankan bahwa puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya seharusnya dapat mengadakan sosialisasi dan kegiatan promosi kesehatan di komunitas masing-masing.
Hal ini, menurutnya, adalah bentuk kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tanpa harus bergantung pada anggaran yang besar.
“Inilah pentingnya meningkatkan kesadaran tanpa harus mengandalkan biaya besar. Langkah ini menunjukkan kurangnya inisiatif dan kreativitas dalam memanfaatkan momen penting seperti Hari Kesehatan Nasional,” katanya.
Destanul mengungkapkan perlunya kepemimpinan yang tegas dan responsif di Dinas Kesehatan untuk mendorong kesadaran kesehatan di masyarakat.
Menurutnya, semua pihak harus berkolaborasi dan tidak hanya bergantung pada Dinas Kesehatan semata. “Masalah kesehatan ini adalah masalah bersama, bukan hanya tanggung jawab dinas saja. Oleh karena itu, momen ini harusnya menjadi pengingat bahwa kesehatan adalah isu universal,” tutupnya.(cbud)
Teks
Teks foto:Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, SH, MH.