MEDAN (Waspada): Setiap tanggal 8 Maret, setiap tahunnya dunia selalu memperingati Hari Perempuan Internasional (internasional women’s day). Pada tahun 2022 ini, diusung tema #BreakTheBias untuk menghilangkan bias pada perempuan agar tidak ada lagi stereotip.
Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumatera Utara (Sumut) dr Delyuzar M.Ked (PA),Sp.PA(K) (foto) menyebutkan, di bidang kesehatan perempuan juga memiliki peran yang besar tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial. Salah satu hal yang paling penting, kata dia, tentunya adalah isu yang menyangkut prihal kesehatan reproduksi.
“Jadi bahwa, bagaimana perempuan punya peran di dalam kesehatan reproduksi ini, sehingga mereka mempunyai hak untuk mendapatkan layanan kesehatan, termasuk pencegahan terhadap kanker,” ungkapnya, Selasa (8/3).
Apalagi, jelas Delyuzar, angka kanker serviks dan kanker payudara memiliki catatan kasus yang cukup tinggi. Belum lagi persoalan infeksi alat reproduksi perempuan, di samping perempuan dituntut bisa memahami kesehatan anak dan keluarga.
“Karenanya, mereka (perempuan) harus bisa mendapatkan jaminan akses layanan sendiri yang berkualitas,” jelasnya.
Untuk jaminan layanan kesehatan, Delyuzar mengaku, memang saat ini sudah ada sistem jaminan layanan kesehatan yang ditanggung pemerintah melalui JKN-KIS. Hanya saja, dia berharap, kedepannya jaminan layanan ini bisa menjangkau lebih melalui Universal Health Coverage (UHC).
Selain itu, tambahnya, pemihakan hak kesehatan perempuan juga harus menjadi arus utama bagi pihak pengambil keputusan. Sehingga diharapkan, hak perempuan bisa di kedepankan dan perempuan diberi kesempatan untuk menyuarakan dan mendapatkan haknya.
“Tentunya, melalui hari perempuan internasional, hal ini harus sudah bisa terpenuhi,” pungkasnya.
Terpisah, dokter spesialis kejiwaan Sumut Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K) berpendapat, di hari perempuan internasional ini tentunya kaum perempuan diharapkan lebih ‘aware’ terhadap kesehatan jiwanya.
Menurutnya, ada beberapa kondisi yang mengakibatkan perempuan lebih rentan mengalami masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa tertentu, misalnya fluktuasi hormon pada saat menjelang haid, hamil, pasca persalinan dan menopause.
“Salah satunya adalah tuntutan masyarakat terhadap kaum perempuan dan peran perempuan yang semakin meningkat dalam jenjang karier dan kesempatan. Sementara, stressor (respon stres) harian tidak dapat dielakkan,” jelasnya.
Karenanya, ujar Elmeida, perempuan harus senantiasa harus membarengi aktivitasnya dengan melakukan healthy life style secara konsisten baik berupa olah raga teratur, mengkonsumsi makanan seimbang, istirahat yang cukup, menghindari rokok, alkohol dan zat adiktif lainnya.
“Penting juga agar terkoneksi dengan teman-teman yang mendukung dan memiliki (waktu) ‘me time‘ untuk senantiasa mere-charge energi agar bisa selalu tampil prima di berbagai kesempatan,” sarannya. (cbud)
Teks foto
Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumatera Utara (Sumut) dr Delyuzar M.Ked (PA),Sp.PA(K). Waspada/ist