MEDAN (Waspada): Pembangunan yang gencar dilakukan Pemerintah Kota Medan (Pemko Medan) saat ini di sejumlah titik dinilai asal bangun dan diduga tidak ada riset. Alhasil pembangunan yang dinyatakan fisik dan non fisik itu tidak dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
“Setiap pelaksanaan pembangunan apapun Itu perlu riset, karena riset itu mengamati prilaku, siapa saja penggunanya disitu. Bukan masalah penting tidaknya dibangun namun dalam desainnya saja sudah salah. Semua proyek itu apalagi untuk masyarakat banyak harus didahului dengan riset, selama ini pemerintah tidak didahului dengan riset. Asal bangun saja, kalau udah dibangun udah nampak bekerjala itu,” ungkap Arsitektur USU, Wahyu Abdillah pada Kamis (29/12) kepada Waspada.
Ia juga mengatakan pembangunan yang dilakukan saat ini cukup banyak, mulai sarana prasarana, jalan, dreanase. Kalau terkait arsitektur kita melihatnya apakah itu sudah sesuai atau tidak dengan kemasyarakatannya. Kemudian dari segi fasilitas harus sesuai dengan aturan tata kota nya.
“Nah kalau saya lihat ada pembangunan lampu jalan, itu bukan lampu jalan tapi lampu taman atau hias. Iti harusnya sekarang kita lihat dulu fungsinya apa, buat apa, untuk siapa. Kalau fungsinya untuk lampu jalan itu tidak cocok untuk penerangan jalan karena lampu jalan itu biasanya tinggi,” ujarnya.
Kalau dibangun itu seperti lampu taman, dibangun di pinggir jalan justru dinilai berbahaya bisa ditabrak kendaraan yang melintas. Kalau dibangun seperti itu apa ada perawatannya.
Kemudian jaraknya pun haruslah diperhitungkan. Secara global pembangunan di kota Medan tidak didahului dengan riset. Kita saja (USU) kalau mahasiswa mau mendesain dia harus riset dulu.
“Apa sih permasalahannya, sehingga tau apa masalahnya, nah saya lihat ini bukan memecah masalah, namun menambah masalah,” tegas Wahyu Abdillah.
Salah seorang warga Medanpun angkat bicara karena keresahannya atas pembangunan yang dinilai asal bangun itu, Fitri menyatakan kemungkinan risetnya salah atau kurang baik sehingga pembangunannya tampak kurang baik.
“Kalau mau betul-betul membenahi dan membangun Kota Medan memang risetnya tidak bisa 1 atau 2 tahun. Jadi harusnya riset itu betul-betul dilakukan,” katanya.
Nah, terkait pembangunan lampu-lampu, median-median jalan, ia berujar kalau yang penting saja belum selesai dibenahi tidak perlu hiasan-hiasan dibangun, itukan aksesoris.
Maunya sebutnya yang wajib saja dulu dibangun seperti membenahi dreanase, aliran ke sungai lancar atau tidak. Coba cek ke tiap-tiap gang di kota Medan ini pasti resapan airnya sudah berbeda-beda. Jadi percuma dilakukan pembangunan besar-besaran ditambah lagi pembangunan aksesoris.
“Misalnya aksesorisnya itu tergenang air kan sama aja gak ada gunanya dan terlihat jorok juga dan tidak indah. Pemandangan jelek juga,” tegas Fitri lagi.
Warga lainnya, D Nur juga berkomentar soal pembangunan di kota Medan. Khususnya kawasan Kesawan yang rencananya nantinya tidak ada lagi parkir karena dialihkan ke Lapangan Merdeka.
“Kalau mau dijadiin hanya bisa dilewati pejalan kaki apa tujuannya. Dikawasan Kesawan inikan bukan ada tempat wisata, apa mau ditempuh dengan berjalan kaki ke Kesawan ini. Inikan hanya gedung-gedung tua itupun didominasi ruko-ruko,” katanya.
Lagian orang Medan ini mau cepat, ringkas disuruh jalan kaki panas- panas, pohon pohon pelindungpun tidak ada. Itula, dulunya pohon-pohon di trotoar disini ada malah ditebangi.
Padahal pohon-pohon itu dulu buat rindang kota Kesawan ini. Malah trotoar yang dulu lebih bagus daripada yang dibangun sekarang. Jadi maksudnya kalau membangun itu tengok dulula manfaatnya apa.
Orang disuruh jalan kaki di kawasan ini apa? Apalagi siang siang pula jalan kaki, bawa barang karena parkir jauh. Yang ada warga jadi capek. Mana mau orang Medan ini. Dia belanja parkir di Lapangan Merdeka apa gak * kali itu,” ungkapnya.
Fokus Kerja
Sementara itu, sebelumnya dikabarkan bahwa saat ini Pemko Medan memang fokus bekerja dalam menyelesaikan permasalahan dan tantangan pembangunan kota.
Hal ini terlihat dengan terus berbenah guna menghadirkan pelayanan publik yang semakin baik dan berkualitas. Selain itu mendorong perbaikan infrastruktur jalan dan drainase.
Kemudian, melakukan penataan kawasan Lapangan Merdeka dan Kota Tua serta kegiatan strategis lainnya. Namun sayang, pembangunan yang dinilai masif itu justru menimbulkan masalah, terutama di masyarakat.
Bahkan beberapa kali menuai kritik dari masyarakat dengan melakukan aksi demonstrasi atas pembangunan yang dinilai tidak prorakyat dan dinilai membuat warga menjadi kesulitan. (cbud)