MEDAN (Waspada): Diibaratkan sebagai organ tubuh, pasangan Gubsu Edy Rahmayadi dan Wagubsu Musa Rajekshah (Ijeck), bagaikan gigi dan lidah. Meskipun keduanya berbeda karakter, tetapi gigi tidak pernah menggigit lidah.
Perumpanaan itu disampaikan Ustadz Helmi Nasution dari Jemaah Tabligh, saat menyampaikan ceramah singkatnya di Masjid Al-Musannif, Sabtu (2/4). Hari itu, diadakan syukuran hari lahir Wagubsu Ijeck ke-48 tahun.
Syukuran yang dilakukan dengan sederhana itu dihadiri Gubsu Edy Rahmayadi dan istri Nawal Lubis, Pj.Sekdaprovsu Afifi Lubis, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), para santri Rumah Tahfiz Alquran Al-Musannif, dan sejumlah masyarakat yang beribadah zuhur di masjid tersebut.
Ustadz Helmi Nasution melanjutkan, kalau Gubsu Edy Rahmayadi diibaratkannya seperti gigi. Keras. Karena dia berlatar belakang militer. Sedangkan Wagubsu Ijeck ibaratnya seperti lidah, yang kesannya lembut. “Tetapi meskipun yang satu keras dan satu lembut, gigi tak pernah menggigit lidah. Ketika masuk makanan ke dalam, keduanya saling bekerja sama,” sebutnya.
Kerja sama dimaksud antara keduanya, lanjut Helmi, adalah dengan saling memahami kelemahan saudaranya dan saling mengingatkan. Apabila keadaan demikian terus terjaga, maka Sumut diyakini dapat menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. “Atau dalam bahasa berarti negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun,” ujarnya.
Hingga 2023
Sementara itu, Gubsu Edy Rahmayadi berhara, Ijeck terus mendampinginya memimpin Sumut bersama-sama hingga September 2023. Dengan usia yang kini 48 tahun, diyakini Ijeck sudah sangat matang. “Kalau Rasulullah (Muhammad SAW) diangkat menjadi Rasul usia 40 tahun, pastinya beliau (Ijeck) ini sudah punya kematangan di usia itu,” katanya.
Dikatakan Edy Rahmayadi, pada hari itu hadir juga unsur pemerintahan Provinsi Sumut. Hal itu merupakan wujud kasih sayang dan rasa kebersamaan. Dengan harapan bersama rakyat Sumut, untuk mewujudkan kesejahteraan.
Selanjutnya Edy Rahmayadi, juga berpesan kepada Ijeck, untuk benar-benar menjaga nama baik (marga) Shah. Karena sangat populer di Sumut. “Masjid Al-Musannif ini contohnya (prakarsa Alm. H Anif). Ijeck harus meneruskan nama besar H Anif,” sebutnya.
Tentang perayaan hari ulang tahun Ijeck yang baru dapat dihadirinya hari itu, juga disinggung Edy Rahmayadi. Katanya, itu karena Ijeck ‘menghilang’ selama tiga hari. Namun dia mengapresiasi kegiatan Ijeck, yang berada di kawasan pedesaan di Kab.Karo, dan membaur dengan masyarakat setempat.
“Pastinya 1 April hari ulang tahunnya. Tetapi karena beliau ‘menghilang’ karena ada kegiatan, baru hari ini kita peringati. Dan sekarang Ijeck,usianya 48 tahun. Pastinya usia yang sudah pernah saya lewati. Kalau Rasulullah diangkat menjadi Rasul usia 40 tahun, pastinya beliau ini sudah punya kematangan di usia itu,” kata Edy Rahmayadi.
Sedangkan Wagubsu Ijeck, mengaku tidak menyangka disuguhkan acara syukuran untuk dirinya. Ini baru pertama kali dia rasakan. “Saya berterima kasih kepada Gubernur yang memberikan penyambutan luar biasa kepada saya, di tengah kesibukan mengemban tugas,” katanya.
Sedangkan tentang dirinya yang dikatakan ‘menghilang’, dikatakan Ijeck, karena dia melakukan iktikaf selama tiga hari di luar Kota Medan. Kami kemarin perjalanan tiga hari di luar. Ada iktikaf, dan tidak ada yang lain-lain, selain menjalankan dakwah. Nanti kalau boleh Pak Edy ikut,” kata Ijeck.
Ijeck menjelaskan, keberadaanya di Desa Gung Pinto, Kec. Namanteran, Kab.Karo selama tiga hari, juga membawa serta Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Bahruddin Siregar. Di mana mereka menelusuri jalan di kawasan pedesaan yang mayoritas lahan pertanian sebagai sumber ekonomi masyarakatnya.
“Jadi sembari saya dakwah, kami juga melihat bagaimana kondisi jalan (infrastruktur) di sana, lebih parah dari yang pernah dikunjungi Presiden waktu itu. Sembari mendengar apa keinginan mereka (masyarakat setempat). Jadi sekali lagi saya terima kasih kepada Pak Edy,” pungkas Ijeck yang hadir bersama istri Sri Ayu Mihari.
Acara syukuran hari itu dilanjutkan dengan penyampaian ucapan selamat, dan makan siang bersama, di pelataran Masjid Al-Musannif. (m07).