MEDAN (Waspada): Pakar Pendidikan Indra Charismiadji
dengan spesialisasi di Pembelajaran Abad 21 atau pembelajaran berbasis teknologi digital, yang juga Ketua Dewan Pembina Asosiasi Guru Teknologi Indonesia, menyampaikan jika pendidikan ingin hasil bagus, saat ini konsep yang tepat pembelajaran terbaru berbasis digital.
Hal itu disampaikannya, Rabu (31/8) saat menjadi pembicara dalam kegiatan,Seminar dilaksanakan Center for Education Regulations ada Development Analysis (Cerdas) bersama Asus Indonesia di Medan.
Disebutkannya, pembelajaran pasca pandemi Covid-19, mau tidak mau harus mengikuti teknologi dengan menggunakan gawai atau telepon seluler atau perangkat komputer.
Namun sayangnya, masyarakat belum siap dengan pembelajaran berbasis digital. Padahal sudah era digital. Karena anak-anak masih diajarkan dengan metode belajar seperti puluhan tahun lalu.
“Sayangnya anak-anak kita masih diajarkan di jaman kita sekolah dulu. Kan begitu. Bukan berarti yang dulu salah, tapi seperti yang saya contohkan tadi. kenapa kita nggak pakai wesel lagi. Kan bukan berarti wesel itu salah, kenapa kita nggak pakai telepon umum lagi, bukan berarti salah, tapi sekarang sudah ada tehnologi,” ujar Indra, yang juga CEO Yayasan Cerdas ini.
Kondisi ini sebut ini membuatnya memiliki inisiatif untuk membantu sekolah-sekolah supaya tidak ketinggalan.
“Karena jika sekolah ketinggalan yang kasihan kan anaknya. Karena anak-anak tidak disiapkan sesuai dengan zamannya,” sambungnya seraya menambahkan hal ini yang dibutuhkan sekolah-sekolah, pimpinan sekolah, guru, masyarakat juga harus dibawa ke eranya.
Menurutnya, sistem berbasis teknologi digital, yang saat ini dilakukan di era pandemi, sudah diterapkan di luar negeri sejak 15 tahun lalu.
“Sekolah negeri di Amerika, 15 tahun lalu anak-anak sudah membawa laptop ke sekolah. Kita kalau gak gara-gara covid, teknologi itu dilarang,” sebutnya.
Ia menyebutkan konsep yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran digital, antaranya dengan konsep Learning Management System (LMS).
“Kalau dulu di kelas, itu guru mengajar. Kalau sekarang, sekarang menggunakan teknologi, lebih kepada guru diskusi, bedah kasus dan lain lain, yakni flipped classroom,” katanya.
Adapula, kata dia, konsep pembelajaran berdeferensiasi, yakni konsep project-based learning.
“Dikerjakan berkelompok, mata pelajaran terpadu, model belajarnya flipped learning, bentuk karya dibebaskan, dan harus kontekstual artinya yang dinilai bukan karyanya tapi prosesnya,” pungkasnya.(m22)