MEDAN (Waspada): Memasuki tahun politik yang akan datang, dipenuhi suasana yang cukup dinamis. Beragam narasi dan diskusi politik, terkadang berlangsung tegang, bahkan adanya kecemasan bagi sebagian masyarakat, karena di awal sudah dipenuhi beragam isu negatif.
Hal ini tergambar jelas dalam paparan yang disampaikan salah seorang intelektual Islam, yang juga dosen di UIN Sumatera Utara Dr Nisful Khoiri, M.Ag dalam paparan makalahnya yang berjudul “Geneologi Islam Wasthiyah di Sumatera Utara” pada acara Halaqah Kebangsaan yang diselenggarakan Forum Kyai Tahlil Sumatera Utara di Grand Mercure Hotel Medan, Jumat (18/8).
“Islam Wasthiyah salah satu Karekteristik Islam, yaitu nilai yang melekat pada diri manusia yang bersifat inheren, dan Islam Wasthiyah itu merupakan jalan tengah yang tidak condong ke kiri atau ke kanan dan dia berdiri di antara dua sisi yang berhadapan, ” ujar Dr Nisful dalam paparannya.
Lebih jauh disampaikan Dr Nisful, bahwa Islam itu pada prinsipnya tidak menyulitkan, tidak memposisikan sebagai sesuatu yang saling berhadapan, namun Islam hadir sebagai jalan tengah bagi kebaikan untuk semua, karenanya Islam Wasthiyah harus dipahami secara lebih terbuka dan itu merupakan karekteristik Islam yang sejatinya.
“Konsep Islam Wasthiyah itu tercermin dalam Alquran, bahwa eksistensi Islam Wasthiyah menjadikan umat Islam untuk berfikir dan bersikap secara moderat dengan meletakkan prinsip-prinsip yaitu Tawazun (berkesinambungan), Tawasuth (mengambil jalan tengah), Syura (bermusyawarah), Tasamuh (toleransi), Awlawiyah (mendahulukan), Islah (reformasi), Musawwah (egaliter non diskriminasi), Tahaddur (berkeadaban) dan Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif dan inovatif) dan selalu memberi solusi dari berbagai persoalan di tengah masyarakat,” ujar Ketua ISNU Sumatera Utara ini.
Lebih jauh disampaikan mantan Wakil Rektor III UIN SU ini, bahwa moderasi beragama itu penting dipahami dalam persepektif bagaimana membangun paradigma dan membangun kesadaran beragama di antara umat beragama lainnya.
“Konsep moderasi beragama haruslah dipahami secara utuh, bahwa semua agama wajib menghormati pemahaman agama masing-masing, tanpa ada intimidasi dalam kegiatan ibadah bagi umat beragama lainnya,” ujar Dosen Pascasarjana UIN SU.
Diingatkan juga, bahwa Islam Wasthiyah menjadi benteng pada penyelenggaraan pemilu yang berintegritas, konsep Islam Wasthiyah penerimaan Pancasila sebagai dasar negara, dan sebagai sumber hukum negara, yang mana bangsa Indonesia berbeda dengan sebagian negara sekuler lain memisahkan agama dan urusan negara.
“Jadi hal terpenting itu memberikan pemahaman Islam Wasthiyah sebagai jalan tengah pemikiran yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta terciptanya tatanan kehidupan Kebangsaan yang beraturan,” ujar Direktur Eksekutif Diagram Indonesia Center ini.
Di samping itu lanjutnya, melibatkan para tokoh agama bagi kerjasama untuk membangun benteng penguatan pemilu akan datang.
“Melibatkan para tokoh agama dalam menjaga suasana kondusif menjelang perhelatan politik tahun depan yang sangat ketat, agar tercipta kondisi politik yang relatif stabil, sehingga minimalisir terjadinya benturan di tengah masyarakat, ” ujar Datuk Cendikia Penata Raja ini.(m29)
Waspada/Ist
Dr Nispul Khoiri, MAg (dua dari kiri) bersama narasumber lainnya pada acara Halaqah Kebangsaan di Grand Mercure Hotel Medan, Jumat (18/8).