MEDAN (Waspada): Tingginya curah hujan, umumnya akan dapat berdampak pada kebersihan suatu lingkungan. Apalagi jika hujan yang terjadi sampai menyebabkan terjadinya banjir.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dr Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, apabila banjir terjadi, hal itu tentu akan mengakibatkan meningkatnya potensi penyakit menular. Salah satunya adalah penyakit diare.
“Dalam banjir akan berdampak pada kebersihan lingkungan yang buruk, dan penyakit menular meningkat terutama diare,” katanya kepada wartawan, Jumat (8/9).
Berdasarkan informasi yang diperoleh, belakangan ini penyakit diare memang kerap dikeluhkan oleh masyarakat. Umumnya yang paling banyak terserang adalah anak-anak maupun balita.
Selain itu, Alwi juga menyebutkan banjir juga bisa memicu penyebaran penyakit leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh kencing tikus, yang tersebar saat banjir terjadi.
Menurut data yang dihimpun, manusia bisa terkena leptospirosis melalui kontak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan.
Biasanya, gejala seseorang terkena leptospirosis adalah demam tinggi hingga menggigil, nyeri kepala, nyeri otot khususnya di daerah betis, sakit tenggorokan disertai batuk kering, mata merah dan kulit menguning serta mual hingga muntah-muntah dan disertai diare.
“Namun sejauh ini di Sumut banjir yang terjadi tidak terlalu signifikan. Jadi masih cenderung normal-normal saja,” jelasnya.
Meski begitu, Alwi mengaku bersyukur Sumut tidak terkena dampak El Nino seperti yang terjadi di Pulau Jawa dan Kalimantan. Karena, dengan situasi kekeringan dan panas yang tinggi, akan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Namun begitu penting bagi kita untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan. Karena penyakit menular dapat meningkat signifikan dalam kondisi lingkungan yang kurang baik,” pungkasnya. (Cbud)
