Scroll Untuk Membaca

Medan

Meutya Hafid Sosialisasikan Gerakan Nasional Budayakan Sensor Mandiri

KETUA Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, dalam kegiatan Kolaborasi dam Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang diselenggarakan di Medan, Kamis (20/7). Waspada/Ist
KETUA Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, dalam kegiatan Kolaborasi dam Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang diselenggarakan di Medan, Kamis (20/7). Waspada/Ist

MEDAN (Waspada): Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah penonton konten online terbesar di dunia, yaitu sekitar 3,5 juta waktu juta jam yang dialokasikan dalam sebulan dalam menonton konten over-the-top (OTT) internet.

Oleh karena itu, Komisi I DPR RI mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan sensor mandiri dalam menonton konten online.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Meutya Hafid Sosialisasikan Gerakan Nasional Budayakan Sensor Mandiri

IKLAN

Harapan ini disampaikan Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, dalam kegiatan Kolaborasi dam Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang diselenggarakan di Medan, Kamis (20/7). Hadir dalam acara itu antara lain Ketua LSF Rommy Fibri Hardiyanto, Ketua Komisi I LSF Nasrullah, Sekretaris komisi 1 LSF Hafidhah dan Sekretaris Komisi III LSF Mukayat Al Amin.

“Gerakan sensor mandiri ini dibutuhkan untuk memahami konten yang ditonton dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia. Hal ini penting untuk menjaga budaya dan nilai-nilai yang ada di Indonesia dari pengaruh negatif, termasuk propaganda dan senjata non-militer yang bisa diimplementasikan melalui konten di internet,” ungkap politisi Partai Golkar ini.

Meski demikian lanjut wanita yang merupakan anggota DPR RI Dapil Sumut 1 ini, pemerintah ingin masyarakat menikmati film. Salah satu cara untuk menikmati film ini menjadi sebuah hiburan yakni dengan melakukan sensor mandiri.

“Jadi jangan karena kita takut, jadi kita menghindari film, nah caranya adalah bagaimana supaya tetap nonton film, tapi kita juga tenang tidak melihat ini sebagai senjata non militer adalah dengan melakukan sensor mandiri.

“Jadi betul- betul masyarakatnya harus memilih yang ini baik atau tidak. Orang tuanya harus memilah, kakak terhadap adik, harus memilah. Kalau memang kita tahu ada tayangan yang tidak bagus, kita juga memberikan informasi, jadi itu sebetulnya sensor mandiri itu seperti itu,”imbuh mantan jurnalis itu.

Sementara itu Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto mengatakan Lembaga Sensor Film telah menandatangani kerjasama dengan berbagai lembaga, seperti KPI, pemerintah provinsi, hingga kampus dan dengan menggaungkan gerakan sensor mandiri tersebut.

Kata Rommy, diharapkan masyarakat dapat memilih dan memilah tontonan online dengan bijak. LSF juga merilis gerakan Desa Sensor Mandiri, dimana 5 desa binaan LSF melakukan sosialisasi gerakan sensor mandiri.

“Gerakan sensor mandiri diharapkan dapat membentuk masyarakat yang lebih bijak dalam menentukan tontonan yang layak ditonton tanpa harus mempengaruhi nilai-nilai budaya dan moral di Indonesia,” tandasnya (cbud)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE