BELAWAN (Waspada): Mantan pengurus organisasi nelayan di Belawan mengaku prihatin karena aktivitas kapal-kapal pukat trawl di perairan Belawan dan Selat Malaka semakin merajajela tanpa ada tindakan tegas dari instansi terkait.
Aktivitas kapal-kapal pukat trawl tersebut mengakibatkan hasil tangkakan nelayan berskala kecil dan nelayan tradisional semakin berkurang. Selain itu kehidupan nelayan semakin menderita.
“Saya berharap agar instansi terkait segera bertindak tegas untuk menertibkan sekaligus menangkap kapal-kapal pukat trawl/sejenisnya dan para pemilik kapal-kapal pukat trawl,” tegas Azhar Ong (foto) ,70, mantan Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan periode 2000-2005 dan 2005-2010 kepada Waspada di Belawan, Kamis (20/10).
Azhar Ong menyebutkan, kapal-kapal pukat trawl tersebut memiliki grostone (GT) yang tidak sesuai bobot kapal yang ada sehingga Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) selayaknya memeriksa izin SLO dan surat izin penangkapan ikan (SIPI). Ironisnya, dalam surat izin kapal-kapal pukat trawl tersebut berkedok menggunakan baukeami dan pukat apung namun kenyataannya menggunakan pukat trawl.
“Aktivitas kapal-kapal pukat trawl selain menangkap semua jenis ikan yang ada juga menyebabkan rusaknya eksosistem laut dan merusak biota laut. Dampaknya, nelayan kecil dan nelayan tradisional tidak mendapat ikan karena semua ikan sudah diambil oleh pukat harimau di jalur 1 perairan Selat Malaka,” sebut Azhar Ong.
Dijelaskan Azhar Ong, kapal-kapal pukat trawl tersebut semuanya sandar di gudang-gudang yang ada di kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Gabion Belawan dan di Kampung Kurnia Belawan Bahari bahkan lokasinya tak jauh dari kantor PSDKP.
“Waktu saya masih memimpin HNSI Kota Medan, saya bersama para nelayan kecil dan nelayan tradisional selalu melakukan aksi demo memprotes aktivitas kapal-kapal pukat trawl alias pukat harimau yang beroperasi di perairan Belawan dan Selat Malaka. Makanya saya sangat prihatin karena sekarang ini aktivitas kapal-kapal pukat trawl masih merajalela di perairan Belawan dan Selat Malaka,” tutur Azhar Ong. (m27)