Mahasiswa LP3I Kunjungi Harian Waspada

Masyarakat Harus Cerdas Memilih Media

  • Bagikan
MAHASISWA LP3I berfoto bersama dengan jajaran Harian Waspada usai berkunjung, Senin (16/1). Waspada/Rama Andriawan
MAHASISWA LP3I berfoto bersama dengan jajaran Harian Waspada usai berkunjung, Senin (16/1). Waspada/Rama Andriawan

MEDAN (Waspada): Mahasiwa dari Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) Medan, Kampus Marelan, berkunjung ke Bumi Warta Waspada, Jalan Letjen Suprapto No 1, Medan, Senin (16/1).

Sebelas mahasiswa dari prodi Administrasi Bisnis yang sedang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis, hadir bersama Dosen Pembimbing, Siska Hasibuan SSos MPd.

Kedatangan mereka disambut Wakil Penanggung Jawab Harian Waspada H Sofyan Harahap, Humas H Erwan Effendi dan Kepala Keuangan Arsyadona Nasution.

Dalam kunjungan itu, Siska Hasibuan mengucapkan terima kasih kepada Harian Waspada, yang telah diberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk berbagi ilmu seputar eksistensi Harian Waspada yang kini sudah berusia 76 tahun.

“Saya, bersama mahasiswa ingin menggali informasi bagaimana tulisan itu sebagai media komunikasi bisa mempengaruhi dunia. Karena saya juga pernah membaca bahwa Waspada ini berkontribusi terhadap banyak hal di negara ini, dari mulai kemerdekaan dan segala macamnya,” ucapnya.

Menurutnya, secara pribadi, ia juga cukup akrab dengan surat kabar Waspada. Sebab, dari kecil orangtuanya sudah berlangganan harian Waspada. Karenanya, ia juga ingin mahasiswanya bisa belajar banyak tentang dunia jurnalistik di Harian Waspada.

“Karena menurut saya mereka (mahasiswa) juga perlu belajar dunia menulis. Tujuan kami, belajar lebih banyak dari Waspada ini,” ujarnya.

Sementara, Arsyadona mengatakan, Waspada yang hadir sejak Januari 1947 memang sudah ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Wakil Penanggung Jawab Harian Waspada H Sofyan Harahap memberikan pemaparan lebih jauh tentang Harian Waspada dan perkembangan media kepada para mahasiswa yang hadir.

“Media itu mempengaruhi dunia, karena media itu memiliki agenda setting yang positif dan ada regulasinya, yang mengatur yakni, UU No 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Dan itulah yang membedakan media positif dan media negatif,” kata Sofyan.

MASYARAKAT HARUS CERDAS MEMILIH MEDIA

Menurutnya, media-media negatif cenderung tidak mengikuti aturan, bisa saja menimbulkan resiko. Karenanya, menurut dia, masyarakat sebagai pembaca sekarang ini harus cerdas memilih media.

“Karena itu, masyarakat harus cerdas memilih media mana yang positif dan media mana yang negatif,” ujarnya.

Di indonesia, lanjutnya, sudah ada Dewan Pers yang mewajibkan semua media terverifikasi yang mewajibkan semua wartawan untuk ikut uji kompetensi wartawan.

“Di Waspada ini, alhamdulillah bisa dibilang 95 persen wartawannya sudah lulus dan mengikuti uji kompetensi wartawan yang diadakan oleh Dewan Pers lewat lembaga-lembaga pendidikannya,” sebutnya.

Dijelaskan, media punya peranan yang signifikan. Tetapi, kita juga sebagai masyarakat harus cerdas juga untuk melihat media tersebut, mana media yang sudah terverifikasi. “Itulah seharusnya jadi acuan. Bukan media yang belum terverifikasi, apalagi media sosial yang sangat banyak dampak negatifnya,” ujarnya.

Lebih jauh disampaikan, sebelum ada Harian Waspada, pendiri H Mohammad Said dan Hj Ani Idrus sudah terlebih dahulu memiliki dua koran. Namun dibredel oleh Belanda.

“Karena dibredel, maka didirikannyalah Harian Waspada supaya masyarakat waspada terhadap Belanda yang mengadu domba masyarakat agar Indonesia ini tidak merdeka, agar masyarakat Sumut, khususnya di Medan, tetap dalam gengaman penjajah Belanda. Pendiri tidak mau itu, maka dia buat media itu buat lawan penjajah, dengan koran republik bernama Waspada yang dekat dengan para pejuang,” pungkasnya.

Humas Erwan Effendi menambahkan, Harian Waspada sudah banyak makan asam garam, dari mulai zaman Belanda, orde lama, orde baru dan reformasi.

“Jadi semua itu sudah dilalui dan Insyallah Waspada bisa bertahan dari zaman ke zaman. Waspada ini adalah koran perjuangan, karena dia lahir di masa perjuangan dan satu-satunya koran yang mungkin di Pulau Jawa tertua,” tandasnya. (m32).


  • Bagikan