Ketua PKBM UMSU: Bahasa Melayu Relevan Jadi Bahasa Resmi ASEAN

  • Bagikan

MEDAN (Waspada): Ketua Pusat Kajian Budaya Melayu (PKBM) UMSU, Prof. Dr. Khairil Ansari, MPd menjadi pembicara utama dalam Simposium Pengantarbangsaan Bahasa Melayu Peringkat ASEAN digelar di Gedung Auditorium Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Kuala Lumpur.

Acara dibuka Perdana Menteri Malaysia, YAB Dato’ Sri Ismail Sabri bin Yaakob, Minggu ( 22/5). Prof. Khairil menyampaikan tajuk makalah “Strategi Mengangkat Bahasa Melayu sebagai Bahasa Rasmi ASEAN”. Pembicara lainnya, Prof. Emeritus Dato’ Dr. Asmah Haji Omar (Malaysia) membawakan makalah berjudul: “Martabat Bahasa Kebangsaan” . Berikutnya tampil sebagai pembicara, Prof. Datuk Seri Dr. Awang Sariyan (Malaysia) mengambil tajuk: “Pelan Tindakan Strategik Pengantarabangsaan Bahasa Melayu”.

Dalam makalahnya, Prof Khairil mengungkapkan, Bahasa Melayu memiliki penutur yang tersebar luas di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, Filipina Selatan dan negara lain yang ada di Asia Tenggara. Hal ini mrmungkinkan bagi Bahasa Melayu untuk bisa menjadi bahasa pengantar resmi di lingkup ASEAN).

Walaupun masalah ini agak sulit untuk disepakati karena penamaan Bahasa Melayu kadang kala bukan hanya persoalan nama atau nomenklatur tetapi berkait dengan kebijakan bahasa di negara masing-masing yang telah disepakati bersama dalam konstitusi masing-masing. Terlepas dari itu perlu kembali pada semangat awal terbentuknya ASEAN itu adalah negara yang pada hakikatnya memiliki dasar kebudayaan yang sama yaitu kebudayaan Austronesia,” jelas Prof Khairil.

Lebih lanjut, katanya, ASEAN sudah memiliki 10 negara anggota yang berdiri sejak 8 Agustus 1967 di Bangkok yang pada awalnya terdiri atas lima negara dan kini sudah menjadi 10 Negara. Lima negara pemrakarsa ASEAN ini adalah Indonesia, Malaysia, Filipina , Singapura, dan Thailand.

“Salah satu yang terkait dengan konteks tajuk kertas kerja ini adalah keinginan kembali mengangkat bahasa resmi ASEAN yaitu Bahasa Melayu yang selama ini adalah Bahasa Inggris sangat relevan dihubungkan dengan faktor penyebab dibentuknya ASEAN. Tepatnya butir empat, Negara ASEAN memiliki dasar kebudayaan Melayu Austronesia,” katanya.

Katanya, Kebudayaan Melayu Austronesia sebagai sebuah rumpun bahasa yang melahirkan Bahasa Melayu. Oleh sebab itu, dasar berpijak mengetengahkan Bahasa Melayu untuk diangkat kembali menjadi bahasa resmi di kawasan Asia Tenggara ini relevan untuk diwujudkan.

Secara ringkas, Prof Khairil Ansari mengetengahkan beberapa persoalan seputar dimensi kesejarahan, peluang Bahasa Melayu dari sisi internal dan eksternal untuk menjadi bahasa resmi ASEAN, dan strategi yang digunakan secara mumpuni untuk mewujudkan Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN, serta tantangan yang perlu ditenggarai dalam upaya mewujudkan.

Simposium Pengantarabangsaan Bahasa Melayu. digelar Pejabat Perdana Menteri dengan kerjasama Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Institut Peradaban Melayu (IPM) Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI).Dalam kesempatan itu Rektor UMSU, Prof. Dr. Agussani, MAP yang juga Pendiri Pakat Melayu dan Penasihat Pusat Kajian Budaya Melayu menyerahkan cendera hati melalui Prof. Khairil sebagai Pengucap Utama dalam Simposium Pengantarabangsaan Bahasa Melayu. (m19)

  • Bagikan