Scroll Untuk Membaca

Medan

Kasus Gangguan Jantung Sumut Capai 9.228 Sepanjang 2023

Kasus Gangguan Jantung Sumut Capai 9.228 Sepanjang 2023

MEDAN (Waspada): Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit mematikan yang paling menakutkan. Oleh karena itu penyakit ini harus terus diwaspadai. Penyakit ini bahkan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sendiri, penyakit kardiovaskular ini angkanya juga terbilang cukup tinggi.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Kasus Gangguan Jantung Sumut Capai 9.228 Sepanjang 2023

IKLAN

Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan menyampaikan, sepanjang tahun 2023, pihaknya mencatat terdapat sebanyak 9.228 kasus penyandang gangguan jantung. Jumlah terbanyak berasal dari Kota Medan, yakni mencapai 3.855 orang.

“Sedangkan terbanyak kedua adalah Pematangsiantar dengan 762 penyandang, diikuti Langkat dengan 752 penyandang, Deliserdang 551 penyandang dan Binjai 523 penyandang,” ungkapnya, Jumat (12/1).

Dari jumlah tersebut, lanjut Alwi, terdapat sebanyak 4.774 kasus sebagai gagal jantung di Sumut. Jumlah terbanyaknya juga berasal dari Kota Medan dengan 2.434 penyandang, diikuti Langkat sebanyak 442 penyandang, Pematangsiantar 305 penyandang, Binjai 271 penyandang dan Deliserdang 176 penyandang.

Sementara untuk jantung koroner, jelas Alwi, di Sumut terdapat sebanyak 4.454 kasus. Terbanyak di Medan sebesar 1.421 penyandang, Pematangsiantar 457 penyandang, Deliserdang 375 penyandang, Langkat 310 penyandang dan Karo 291 penyandang.

“Untuk Binjai sendiri terdapat 252 kasus jantung koroner. Sedangkan di Karo jumlah kasus gangguan jantungnya ada 338 kasus dengan 47 kasus merupakan gagal jantung,” jelasnya.

Alwi menyebutkan, untuk daerah-daerah lain di Sumut, jumlah kasus jantungnya juga tidak boleh dianggap remeh, meskipun masih berada di bawah angka 300 kasus.

“Sedangkan daerah terendah kasus gangguan jantung di Sumut, yakni Labuhanbatu dan Nias Utara masing-masing empat kasus, serta Humbahas satu kasus,” bebernya.

Sebelumnya, Alwi menuturkan, rata-rata usia yang tergolong rentan dapat terkena penyakit kardiovaskular ini, kebanyakan adalah mereka yang masih dalam katagori usia produktif. Karena, penyakit ini termasuk sebagai penyakit tidak menular.

Alwi menerangkan, faktor yang mempengaruhi penyakit kardiovaskular terbagi atas dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi.

Dia memaparkan, faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah pola makan yang sehat (diet yang seimbang), kurang aktifitas fisik, merokok dan minum alkohol. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, ras dan genetik.

“Jadi, kedua faktor ini sangat mempengaruhi penyakit kardiovaskular. Apabila kedua faktor ini tidak bisa dikendalikan, maka bisa menyebabkan komplikasi misalnya ke mata, ginjal, otak bahkan penyakit sumbatan ke pembuluh darah,” jelasnya.

“Karenanya kita lebih berperan pada faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk pencegahan terkena penyakit kardiovaskular,” sambungnya.

Dia mengatakan, gaya hidup tidak sehat sangat berpengaruh menyebabkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi tadi. Contohnya, kurang aktivitas fisik menyebabkan penimbunan lemak yang menyebabkan menyempitnya pembuluh darah.

“Merokok dan diet yang tidak seimbang serta minum alkohol juga merupakan faktor resiko yang mempengaruhi penyakit kardiovaskular,” sebutnya.

Alwi menuturkan, gaya hidup tidak sehat akan berdampak pada kesehatan tubuh, seperti sindrom metabolik berupa sekelompok kondisi yang meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke dan diabetes. Sindrom metabolik mencakup tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh dan kadar kolesterol yang tidak normal.

“Jadi, faktor yang dapat dimodifikasi berpengaruh lebih dari 60 persen mempengaruhi penyakit kardiovaskular,” sebutnya.

Oleh karena itu, Alwi mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjalankan pola hidup sehat. Yaitu dengan cara diet yang seimbang, rajin aktivitas fisik, tidak merokok dan tidak minum alkohol.

“Kemudian sering memeriksakan kesehatannya agar nantinya lebih awal mengetahui derajat kesehatan seseorang,” tandasnya. (Cbud)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE