MEDAN (Waspada): Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengalami kenaikan.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Sumut drg Ismail Lubis MM mengatakan kasus DBD pada 2020 mencapai 3.192 orang, tahun 2021 kasusnya menurun menjadi 2.918 orang. Kemudian, 2022 hingga Agustus kasusnya naik menjadi 4.856 orang.
“Jika dibandingkan dengan tahun 2020-2021 (masa pandemi Covid-19), maka terjadi kenaikan kasus. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2019 dan sebelumnya, maka kenaikan kasus hingga bulan Agustus masih di bawah tahun tersebut,” kata Ismail Lubis, Kamis (15/9).
Namun demikian, ia mengatakan pihaknya tetap melakukan upaya mengurangi angka kasus DBD antara lain, mengirimkan surat edaran terkait imbauan untuk menerapkan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan, mendistribusikan Rapid Diagnostic Test (RDT) DBD untuk diagnosa dini kasus.
Melakukan bimbingan dalam analisis epidemiologi peningkatan kasus DBD ke kabupaten/kota. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE) peningkatan kasus DBD di kabupaten/kota.
Kemudian, melakukan advokasi ke Pemda yang terindikasi peningkatan kasus DBD. Melakukan fogging di lokasi-lokasi yang berpotensi terjadi penularan DBD dan survei vektor penular DBD.
Disinggung melihat kondisi cuaca saat ini, bagaimana dengan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti, ia mengatakan hanya nyamuk betina yang bisa menyebarkan virus dengue (dan juga bisa membawa virus zika, chikungunya dan yellow fever).
Di iklim tropis terutama saat memasuki musim hujan karena membuat kondisi lingkungan sangat mendukung bagi nyamuk untuk berkembang biak. Memiliki sifat antropofilik, artinya lebih memilih untuk menghisap darah manusia. Berwarna hitam belang putih di sekujur tubuhnya dan kecil ukurannya.
Bisa terbang setinggi 100 meter dan sejauh 400 meter, sehingga penyebaran virus dapat terjadi hingga jarak yang jauh dari tempat nyamuk bersarang. Senang di air bersih dan jernih yaitu penampungan air, misalnya bak mandi, vas bunga dan talang-talang air, tempat minum air hewan peliharaan serta pembuangan air kulkas/dispenser.
Suka bersembunyi di sudut-sudut ruangan yang minim cahaya matahari, sedangkan di luar rumah suka di lubang pohon yang tergenang air. Aktif menggigit dari pagi sampai sore hari dan waktu paling aktif mencari mangsa sekitar dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.
Multiple feeding dimana bisa menghisap darah beberapa kali dalam satu waktu sampai nyamuknya kenyang sehingga mampu menularkan virus kepada lebih dari satu orang dalam satu waktu. Khas jentingnya biasanya bergerak aktif dari bawah ke atas permukaan air secara berulang-ulang.
Langkah paling efektif dalam pencegahan DBD yang dapat dilakukan masyarakat yaitu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tidak menjadi tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti dengan melakukan gerakan 3M (menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, mendaur ulang barang bekas) plus menggunakan lotion anti nyamuk, pemasangan kawat kasa dan penggunaan kelambu, menanam tanaman penolak nyamuk seperti lavender.
“Bila tidak dilakukan secara serentak dan bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder terkait (dinas kebersihan, pemukiman, pendidikan, camat/lurah/kepala desa dan lainnya), maka kasus DBD akan terus bertambah di Sumut,” ungkapnya mengakhiri. (cbud)