MEDAN (Waspada): Mantan kepala desa Labuhan Batu Utara (Labura) ingin berjumpa Walikota Medan, Bobby Afif Nasution, untuk menyampaikan 20 gagasan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di provinsi ini.
Hal itu disampaikan Buyung Ahmad Ansari Dalimunthe (foto), mantan kepala desa periode 2016-2022 dari Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labur, di kantor harian Waspada di Medan, pekan lalu.
Dengan menggunakan kursi roda yang didorong putranya, Azim Heiqal, pria 69 tahun itu berharap bisa bertemu orang nomor 1 di Kota Medan itu, guna menyampaikan ide dan gagasannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumut.
Di antaranya, diharapkan Bobby peduli kepada masyarakat, khususnya petani kelapa sawit, dengan membangun kios pupuk, pestisida dan alat pertanian kelapa sawit di setiap desa, yang pengelolanya diserahkan kepada Bumdes.
“Boleh pihak lain, asalkan pengelolanya diberikan kepada masyarakat sebagai pemilik modal,” imbuhnya.
Berkaitan dengan Program Bibit Kelapa Sawit gratis, Buyung berpendapat, untuk meningkatkan produksi kelapa sawit, perlu diperhatikan mutu bibit yang berkualitas baik.
“Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas, Pak Bobby perlu menjanjikan bibit yang terbaik, dan diberikan kepada masyarakat petani kelapa sawit secara gratis alias tidak dipungut bayaran, apabila terpilih menjadi Gubsu,” ujarnya.
Program ini, lanjutnya, perlu dilaksanakan dengan melibatkan banyak pihak, yakni pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai sumber atau penyedia bibit kelapa sawit yang bermutu baik.
Kemudian, perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Swasta dan BUMN sebagai penyedia lahan pembibitan, Pemkab/Pemko di kabupaten, kecamatan dan pemerintah desa sebagai koordinator.
Selanjutnya, masyarakat petani kelapa sawit sebagai pengguna bibit gratis, pembibitan gratis ini akan diatur melalui Perda Propinsi atau Ingub. Adapun Pengaturan Teknis disusun kemudian oleh tim yang dihunjuk Gubernur.
Tujuan program sambung Buyung, salah satu di antaranya dapat meningkatkan produktifitas kelapa sawit petani kecil, menengah sehingga dalam jangka panjang, akan mensejahterakan masyarakat petani kelapa sawit.
Perbedaan Harga
Selanjutnya berkaitan dengan penyaluran BBM Subsidi langkah PT Pertamina Sumbagut yang telah membangun PERTASHOP di beberapa desa yang jauh dari SPBU sejak 4 tahun lalu.
Namun dikabarkan lembaga penyalur Pertamina berskala kecil yang disiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM Non subsidi, Elpiji Non Subsidi, Pelumas, tidak bekerja maksimal, karena perbedaan harga penjualan BBM jenis Pertamax.
“Karena perbedaan harga yang cukup besar, antara Pertamax dan Pertalite, itu, masyarakat masih bertahan menggunakan Pertalite, sehingga pemilik Pertashop khusus di Sumut umumnya mati suri. Di Sulawesi, penyaluran Pertalite sudah diuji coba di 29 Pertashop dan telah berdampak positip terhadap gairah masyarakat untuk membeli bahan bakar minyak yang sehari-hari digunakan mereka,” katanya.
Buyung berharap Bobby melobi Dirut Pertamina atau Menteri ESDM dan Menteri BUMN, agar penjualan Pertalite ini dilakukan di Pertashop khusus di Sumut, maka 427 Pertashop di 325 kecamatan di Sumut akan melayani masyarakat pedesaan.
“Hal ini akan menjadi empati masyarakat Sumut kepada Bobby,” katanya.
Saat disinggung ada sisa dari ide dan gagasan yang ingin disampaikan, Buyung mengatakan akan menuliskannya dalam bentuk proposal untuk gagasan lainnya, dan langsung dijelaskan setelah disampaikan kepada Walikota Medan. (cpb)