MEDAN (Waspada): Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Persatuan Sepakbola Medan Sekitarnya (PSMS) digelar di lapangan sepakbola Gajah Mada Jalan Krakatau Medan yang dihadiri para mantan pemain kawakan dan berlangsung meriah, Minggu (27/4/2025).
Hadir dalam acara tersebut, di antaranya, Witia Pusen (Legend PSMS) Ketua kelompok mantan pemain PSMS. Kemudian, Badia Raja Manurung mantan pemain PSMS era 80-an, yang pernah memperkuat Timnas Indonesia pada masa kejayaannya.
Selanjutnya, Prof Dr.Ir. Djohar Arifin Husin Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2011-2015.
Hadir juga Sunardi B, dan Chairul Chan Siregar mantan stopper PSMS dan PSSI era tahun 1974-1982.
Selain itu, Tumsila yang dikenal sebagai sosok penyerang mematikan di depan gawang, Harianto, Rahmadsyah, Benny Tomasoa, Sari Azhar Tanjung serta sejumlah nama terkenal lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Witia Pusen mengatakan bahwa adapun pertemuan dengan sesama mantan pemain PSMS ini, bertujuan memperkuat silaturrahim sekaligus HUT ke-75.
Selain itu, pihaknya juga punya misi karena kondisi sepakbola di Kota Medan sudah sangat terpuruk selama hampir 20 tahun.
“Makanya kami turun gunung. Jadi hari ini kita canangkan untuk membangkitkan kembali sepakbola Kota Medan. Mudah-mudahan kita bisa kerjasama dengan walikota Medan. Apalagi walikota Medan Pak Rico Waas sangat respect dengan perkembangan sepakbola di Kota Medan,” harap Witia Pusen.
“Harapan kita, semoga walikota Medan merespon apa yang kami inginkan, kita ingin sepakbola di Kota Medan bangkit kembali, di sini hadir mantan-mantan pemain PSMS untuk memperkuat silaturrahim. Saya berharap kejayaan PSMS dapat bangkit kembali seperti masa lalu, yang dikenal dengan julukan Ayam Kinantan,” katanya lagi.
Warisan
Sementara itu, Badia Raja Manurung menambahkan, PSMS merupakan warisan yang tidak boleh diperjualbelikan.
“Alasannya, PSMS ini milik masyarakat, bukan merupakan PT, sehingga kalau ada yang mengaku-ngaku PSMS ini milik seseorang itu tidak benar,” tegas mantan pemain PSMS era 80-an ini.
“Saya mantan PSMS juga, sebenarnya, PSMS ini dibentuk oleh 5 lub masa itu, yang termetamorfosa dan berkembang jadi 40, inilah yang mempunyai hak, jadi inilah aspek legalnya,” tambahnya.
Karenanya, imbuh Badia, PSMS ini harus diselamatkan, dan yang menyelamatkan itu harus klub, dan para legend yang berjuang hingga berdarah-darah.
“Kami saja yang berjuang tidak pernah pula mengatakan PSMS itu milik kam. Jadi kalau ada yang mau perjualbelikan PSMS itu kami lawan,” tegas Badia menjawab isu jual-beli PSMS belakangan ini.
Dari amatan awak media, para mantan pemain PSMS yang terlihat hadir dalam Anniversary ke-75 tersebut, penuh semangat untuk membangkitkan kembali kejayaan sepakbola di Kota Medan.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari pecinta PSMS, Sahrial Saragih, yang diakhiri pemotongan nasi tumpeng dan doa bersama untuk para pemain PSMS yang telah wafat. (cpb)