MEDAN (Waspada): Menghindari terjadinya nyontek saat ujian oleh siswa, pihak sekolah telah melaksanakan ujian berbagai aplikasi. Meski begitu, keseriusan pengawas ujian tetap diperlukan agar proses nyontek antar siswa saat ujian berlangsung bisa diminimalisir.
Demikian antaranya disampaikan Kepala SMK Negeri 4 Medan Fahriza Marta Tanjung, S.Pd.,Jumat (25/4).
Kata dia, penggunaan aplikasi untuk ujian diharapkan meminimalisir siswa untuk nyontek saat ujian.
“Kalau pake aplikasi minim kemungkinan untuk menyontek.Karena ada sistem yang bisa mencegah untuk membuka aplikasi atau web site lain selama aplikasi ujiannya,” ujarnya.
Lanjutnya, persoalannya kan tetap memakai tenaga guru atau pegawai untuk mengawasi siswanya ujian.Bisa jadi disinilah titik lemahnya pengawasan guru-gurunya kurang ketat,”pungkasnya.
Faktor Integritas
Terpisah Sekretaris Umum Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Sumatera Utara Muhammad Arif, SE,MM menilai faktor integritas bagi peserta didik menjadi kunci penting untuk mencegah budaya mencontek dan pelanggaran lainnya.
Pendidikan Karakter yang dilakukan Unit Sekolah Dasar dan Menengah diyakini dapat meningkatkan integritas peserta didik.
“BMPS sebagai wadah berhimpunnya Sekolah Swasta telah menyusun Program Pendidikan Karakter yang diterapkan pada unit sekolah anggota BMPS,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan hasil: praktik menyontek masih terjadi di 78% sekolah dan 98% perguruan tinggi.
Plagiarisme juga ditemukan di 43% kampus dan 6% sekolah. Selain itu, 84% mahasiswa dan 45% siswa mengaku sering datang terlambat. Pelaksanaan SPI itu, kata Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana, hari ini, melibatkan lebih dari 36 ribu satuan pendidikan, yang mencakup sekitar 35 ribu Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Dasmen) serta sekitar 1.200 Satuan Pendidikan Tinggi (Dikti).(m22)
Ilustrasi