MEDAN (Waspada): Perhelatan akbar umat Islam seluruh dunia yang sedang melaksanakan ibadah haji sebagai penyempurnaan rukun Islam kelima, dan puncak Ibadah haji tersebut, seluruh jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
Hal ini disampaikan salah seorang Petugas Bimbingan Ibadah Haji Sumatera Utara Dr H Hasrat Efendi Samosir, MA langsung dari Arafah, seusai seluruh jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
“Alhamdulillah pelaksanaan ibadah haji 2024 ini berjalan aman, tertib dan lancar, seluruh jamaah haji Indonesia terlayani dengan baik, termasuk jamaah haji lansia, resiko tinggi, disabilitas dan berkebutuhan khusus terlayani dengan baik, sehingga tidak tampak lagi ada jamaah haji yang berdesakan saat meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah serta tidak ada antrian panjang saat memasuki bus yang mengantarkan jamaah haji, semua tertib, teratur dan disiplin,” ujar Dr H Hasrat Efendi kepada wartawan melalui sambungan WhatsApp, Selasa (18/6).
Dijelaskan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara ini, bahwa tertib dan teraturnya pelaksanaan haji tahun 2024, tidak terlepas dari keseriusan dan komitmen Pemerintah RI akan hadirnya layanan haji yang berkualitas, Gus Men (sapaan akrab Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas) bersama Dirjen Haji Prof Hilman Latief, MA, PhD, melakukan upaya diplomasi dengan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, agar jamaah haji Indonesia terlayani dengan baik, khususnya bagi jamaah haji lansia, risiko tinggi disabilitas dan berkebutuhan khusus.
“Kita apresiasi kepada pemerintah RI khususnya Kementrian Agama RI, sangat perhatian dan peduli terhadap jamaah haji Indonesia, dan Gus Men sebagai Amirul Hajj RI 2024 M/1445 H dapat hadir turut menyaksikan dan membaur dengan jamaah haji tanpa melihat status sosialnya ini sekaligus menjadi motivasi bagi seluruh jamaah haji Indonesia agar lebih tertib, teratur, disiplin dan akhirnya semua terlayani dengan baik,”sambung Wakil Dekan I FKM UIN SU ini.
Hal lain menurut mubaligh kondang ini, pelaksanaan haji tahun ini tertib dikarenakan adanya tata pelaksanaan haji lewat metode Murur dan Tanazul (kembali duluan ke maktab setelah melontar jumrah aqabah pada 10 dzulhijjah lalu, balik lagi mabit di Mina dan melontar tiga jumarah yaitu Ula, Wustha dan Aqabah pada tanggal 11, 12 Dzulhijjah dan untuk mengurangi kepadatan di Mina. Kedua konsep ini telah disepakati ulama tentang keabsahan sahnya rukun haji berdasarkan konsep Maqosyhid Syariah yang oleh para ulama Mazhab mengatakan hal ini boleh dilakukan, dikarenakan ada kedaruratan.
“Salah satu cara tertibnya jamaah haji saat berada di Muzdalifah (selesai wukuf di Arafah) seluruh jamaah bermalam (mabit) di Muzdalifah, bagi jamaah haji yang lansia, disabilitas dan berkebutuhan khusus mereka boleh berdiam di dalam bus (Murur) mengingat kondisi di Muzdalifah sangat padat, sehingga tidak ada jarak yang tersisa antar jamaah, karenanya seluruh ulama Mazhab berpendapat, metode Murur ini dibolehkan karena kondisi yang tidak memungkinkan para jamaah lansia, resiko tinggi, disabilitas dan lainnya (sesuai syariat) dibolehkan tidak turun dari bus, sesuai Konsep Maqosyhid Syariah yang salah satunya menjaga jiwa karena adanya kedaruratan, dan alhamdulilah konsep ini mampu mengurangi resiko jamaah haji yang wafat (terutama para lansia, risiko tinggi, dan berkebutuhan khusus lainnya),” ujarnya .
Di bagian akhir disampaikan Dr Hasrat, bahwa ada substansinya yaitu nilai taisir atau kemudahan dan menyelamatkan jiwa jamaah secara keseluruhan.(m29)
Waspada/Ist
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bersama Petugas Bimbingan Ibadah Haji Sumatera Utara Dr H Hasrat Efendi Samosir, MA di Arab Saudi.