MEDAN (Waspada): Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober, tetap memberi makna bagi dunia pendidikan.
Paling tidak generasi muda tahu sejarah dan latar belakang lahirnya sumpah pemuda yang didorong oleh satu semangat yang sama yaitu persatuan dan kesatuan bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yakni Indonesia.
Hal itu disampaikan Pengamat dan Penggiat Pendidikan Sumut, Ali Nurdin MA, (foto) Senin (28/10).
Ali Nurdin melanjutkan, namun tidak dapat juga dipungkiri bahwa jiwa nasionalisme, patriotisme dan heroisme semangat pemuda tempo dulu, sangat jauh berbeda dengan pemuda Indonesia saat ini.
Menurutnya, saat ini karakter dan pribadi generasi muda cenderung lebih individualis, egois dan materialistis. Sikap hidup yang berhura Hura, hedonis dan kepekaan sosial mereka sangat rendah.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, hubungan sosial lebih banyak melalui media sosial.
Ketergantungan generasi milenial dan gen Z terhadap sistem digitalisasi pada sebagian besar aspek kehidupan generasi muda berakibat etika dan moral serta tanggung jawab sosial, makin lama makin menurun.
Ditambah lagi dengan carut marutnya sistem dan tatakelola pendidikan yang kurang jelas arahnya.
Platform merdeka belajar yang didengung dengungkan, sekolah penggerak, guru penggerak, profil pelajar Pancasila, praktik baik, belajar viar zoom, webiner, dan program yang macam macam itu ternyata kalaupun tidak disebut gagal tapi sangat sedikit sekali kontribusinya dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas generasi muda.
Pola dan gaya hidup pejabat negara, legislatif, eksekutip dan yudikatif tidak banyak yang dapat dijadikan teladan oleh pemuda Indonesia.
“Mudah mudahan dengan kepemimpinan yang baru, kita kembalikan semangat sumpah pemuda dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok, golong dan partai,”ungkap Ali Nurdin.
Hal lain disampaikannya, harapan kita kepada menteri pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen) dapat membawa perubahan dan peningkatan kearah yang lebih baik.
“Tidak ada salahnya kurikulum merdeka, sistem dan pelayanan terhadap dunia pendidikan benar benar diperbaiki,” pungkasnya.(m22)