MEDAN (Waspada): Gubernur Sumatera Utara (Sumut) H Edy Rahmayadi menandatangani Prasasti Renovasi Monumen Parsadaan Ritonga Dohot Boruna, yang berada di Desa Parsorsoran, Garoga, Tapanuli Utara (Taput). Monumen tersebut yang awalnya memiliki tinggi 9 meter, setelah direnovasi menjadi 27,50 meter.
Gubernur Edy Rahmayadi mengharapkan monumen tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Menurutnya, apabila ada destinasi wisata, pastilah masyarakat sekitar merasakan dampaknya.
“Apalagi kalau tempat wisata itu ramai, peningkatan perekonomian warga sekitar pasti terjadi,” kata Edy Rahmayadi, usai penandatanganan Prasasti Renovasi Monumen Parsadaan Ritonga Dohot Boruna di Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41, Medan, Senin (4/9).
Karena itu, Edy mengharapkan kawasan sekitar monumen tersebut dibangun berbagai fasilitas pendukung yang bisa menarik pengunjung.
Jika pengunjung datang dan merasakan fasilitas yang baik, pengunjung pun akan kembali lagi.
“Dengan fasilitas pendukung yang baik, orang kalau sudah berkunjung pasti akan balik lagi, jadi destinasi wisata itu berkelanjutan,” ujar Edy.

Ketua Umum PRDB H Hasban Ritonga menunjukkan foto Monumen Ritonga usai penandatanganan Monumen, Senin (4/9). Waspada/ist
Apresiasi
Sementara itu, Ketua Parsadaan Ritonga Dohot Boruna (PRDB) Hasban Ritonga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Gubernur Sumut Edy Rahmayadi yang selama ini telah memberi perhatian pada kearifan lokal di Sumut. Hal tersebut ditunjukkan Gubernur saat memberi dukungan pada renovasi monumen tersebut.
“Kita bersyukur punya pimpinan yang punya perhatian sampai hal sekecil itu, memikirkan potensi apa yang ada di Sumut,” ungkap Hasban Ritonga.
Senada dengan Gubernur, Hasban juga mengharapkan, kawasan monumen tersebut menjadi destinasi wisata, tidak hanya untuk masyarakat Ritonga saja, namun juga masyarakat umum.
Pada renovasi tersebut juga dibangun beberapa fasilitas pendukung bagi pengunjung kawasan tersebut.
Dikatakan Hasban, kawasan tersebut memiliki potensi menjadi destinasi wisata. Didukung dengan kontur lahan dan fasilitas pendukung lainnya.
Monumen tersebut juga ditujukan agar masyarakat Ritonga mengetahui asal mula Marga Ritonga.
“Lokasi Desa Parsorsoran itu kebetulan kontur lahannya sangat mungkin dikembangkan menjadi bagian destinasi wisata Danau Toba,” kata Hasban.
Saat bertemu dengan Gubsu, Hasban datang bersama sebagian besar pengurus PRDB. Di antaranya Sutan Muara Pardomuan, H.Marasamin Ritonga, SH MH, Tongku Raja Junjungan, H.Ceko Wahda Ritonga, SH, Sutan Pangadilan, Drs.H.Syamsul Bahri Ritonga M Si, Sutan Humala Muda, H.Hajopan Bahri Ritonga SH, Drs.H.Labuhan Ritonga Bgd Tayeb, Drs.H.Panangaran Ritonga, M.Si, Drs.H.Ependi Ritonga, dr.Rili Ritonga, SPOg, Drs.Bahtiar Ritonga Tongku Mula Bakti, dan Domuan Ritonga SIP MAP Datu Raja Raksa Pardomuan Bolluan.
Pembangunan Monumen Ritonga didasari sejak Kongres Ritonga I/1951 Pagaran Julu, kongres II/1974 P. Siantar.
Setelah kongres III/1994 Jakarta, dilakukan survei pada bulan Oktober 1993 dipimpin oleh H.Ansyari Ritonga. Tgl 18 April 1994 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Tapanuli Utara.
Karena semangat nya keluarga Besar Ritonga dlm waktu singkat sesuai target maka tgl 27 Agustus 1994 Monumen setinggi 9 meter diresmikan oleh Letjend TNI Purn Raja Inal Siregar (Gubsu waktu itu).
Selanjutnya setelah 23 tahun, semangat baru seluruh keluarga besar Ritonga Dohot Boruna kembali bangkit untuk memperbaiki dan meninggikan monumen, maka masa PRDB di bawah Pimpinan H.Hasban Ritonga, SH, proses pengerjaan dimulai pada akhir 2017 dan pada akhir Agustus 2023 tegaklah Monumen Ritonga menjadi 27,50 meter diterangi lampu suar di puncaknya. (m07)