Gerakan Total Produksi Islam Transitif Mewujudkan Internasionalisasi UINSU
Scroll Untuk Membaca

Medan

Gerakan Total Produksi Islam Transitif Mewujudkan Internasionalisasi UINSU

Gerakan Total Produksi Islam Transitif Mewujudkan Internasionalisasi UINSU

MEDAN (Waspada): Memasuki abad ke 21, dunia Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di Indonesia sedang mengalami perubahan besar secara institusional yang ditandai banyak PTAI berubah status mulai dari Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (STAIS) menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), dan perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Gerakan Total Produksi Islam Transitif Mewujudkan Internasionalisasi UINSU

IKLAN

Perubahan ini pasti sudah melalui pengkajian sangat mendalam agar visi dan misi STAI pada satu sisi tetap berada dalam koridor sistem pendidikan nasional, dan pada sisi lain tetap selaras dengan rumusan-rumusan Deklarasi UNESCO tentang perguruan tinggi sehingga dengan perubahan tersebut menjadikan UIN dapat bersaing dan sekaligus memainkan perannya secara sosio- kultural, politik, ekonomi, sains dan teknologi serta keagamaan dalam pusaran relasi nasional dan interaksi global.

Menyikapi hal di atas, para pemimpin Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) telah menerjemahkan visi dan misi UINSU sebagai Islamic Learning Society (Masyarakat Pembelajar Sesuai dengan Nilai-nilai Islam) kepada program yang lebih konkrit dan aplikatif.

Demikian dikemukakan Prof Dr H. Ansari Yamamah, MA (foto) kepada media, senin (10/4) di Medan.Menurut Prof Ansari, program tersebut terhimpun dalam empat istilah mendasar yaitu: Kualitas, Akreditasi, Digitalisasi dan Internasionalisasi, yang kemudian diturunkan kepada unit-unit dan juga fakultas serta PPS yang secara kolaboratif harus mengacu kepada keempat istilah tersebut.

“Untuk mendukung program besar ini, maka segenap pejabat, staf, dosen dan seluruh pegawai UINSU haruslah menyadari dan sekaligus memahami bahwa perubahan IAIN menjadi UIN tentu tidak hanya terjadi dalam perubahan nama dan kebijakan institusi, akan tetapi harus diikuti dengan perubahan pola pikir dan tindakan secara kolaboratif dalam semangat Gerakan Total Produksi”, sambung penggagas Islam Transitif ini.

Realisasi Gerakan Total Produksi UIN SU dengan keempat istilah di atas tentu saja memerlukan taktik dan strategi management yang handal, inovatif, dan kreatif yang menggairahkan setiap civitas akademika untuk terus bergerak memaksimalkan pikiran dan kerja dalam dimensi pengabdian maksimal tiada henti demi UINSU untuk Indonesia dan peradaban dunia.

“Sebagai sumbang pemikiran sekaligus tawaran untuk rektor terpilih nantinya, diantara strategi yang harus diterapkan kedepan terkait dengan tujuh (7) aspek manajemen UINSU yang harus dikembangkan, sebagai dasar peningkatan kualitas pelayanan dan peningkatan kualitas proses belajar, sehingga output yang dihasilkan dirasakan oleh masyarakat secara luas”, sambung bergelar Datuk Pandya Wangsa ini.

Ketujuh aspek manajerial itu diantaranya, penguatan kesamaan pandang secara jelas dan terukur bagi segenap civitas akademika terhadap visi misi UINSU. Kedua, setiap unsur pemimpin di UINSU secara kontinyu menanamkan sekaligus memperkuat kapasitas kepemimpinan (leadership) yang visioner, memiliki wawasan terbuka, kepekaan dan kepedulian, jujur dan adil, serta memiliki etika dan estetika atau seni dalam menjalankan roda manajemen kelembagaan (the art of management).

Ketiga, penguatan ketersedian sumber daya manusia yang memiliki keahlian melalui berbagai pelatihan, workshop, dan lainnya. Berbagai capaian prestasi akademik dosen dan juga mahasiswa UIN-SU baik dalam bentuk lokal, nasional maupun internasional telah mulai berbicara.

“Secara akademik, cukup banyak dosen UINSU yang telah membuktikan hasil karya mereka terpublikasi di jurnal-jurnal bertaraf internasional, dan diantaranya ada juga yang telah mendapat kepercayaan sebagai international reviewer. Demikian juga cukup banyak mahasiswa UIN-SU yang memenangkan kompetisi akademik di berbagai level internasional”, sambungnya.

Keempat, mempunyai program kerja terencana (well planned programs) baik dalam bentuk rencana akademik maupun sarana prasarana yang berkualitas, terakreditasi unggul, terdigitalisasi dan internasionalisasi. Tentu saja civitas akademika UINSU harus memahami betul bahwa salah satu kegagalan pembangunan dan pelaksanaan manajerial perguruan Tinggi Islam adalah dikarenakan tidak adanya program kerja terencana sehingga masing-masing bidang bekerja tanpa arah dan guide line yang jelas yang berakibat tidak terealisasinya visi dan misi kelembagaan.

Kelima, UINSU semakin terlihat dalam penerapan administrasi berbasis IT (digitalisasi). Tidak dapat dipungkiri bahwa administrasi berbasis IT merupakan sebuah keharusan yang tak terelakkan, khususnya bagi Perguruan Tinggi Islam, demi sebuah pelayanan maksimal, efisien dan efektif yang hari ini diukur dengan keberhasilan akreditasi. Tentu saja dalam hal ini, kita berbicara sistem, bukan berbicara dalam konteks ketersediaan fasilitas semata.

“Capaian UINSU yang terus mengalami perkembangan yang sangat cepat baik yang bersifat akademik maupun yang non akademik. Dari sisi akademik misalnya, lebih kurang dari satu dekade ini UINSU telah berhasil meningkatkan akreditasi institusinya dari peringkat C menjadi B. Ini adalah prestasi tercepat yang didapat UINSU”, ujarnya

Beberapa prodi berhasil meraih akreditasi A dan terakhir adalah Akreditasi unggul yang dicapai oleh beberapa prodi dan Fakultas, seperti FEBI. Perpustakaan UINSU juga berhasil meraih akreditasi A pada tahun 2019.Keenam, UINSU hari ini telah memiliki networking yang cukup membanggakan baik secara struktural maupun fungsional. “Berbagai bentuk kerjasama dalam dan luar negeri telah mulai menunjukkan geliat yang signifikan. Berbagai ahli, tokoh, dan pejabat pemerintah baik daerah maupun pusat telah mulai merasakan kebanggaan mereka bisa hadir di tengah-tengah civitas akademika UINSU”, tambah pakar Ushul Fiqh ini.Ketujuh, adanya keberanian Rektor UINSU kedepan untuk menegakkan pengawasan komprehensif terhadap jalannya roda kegiatan belajar mengajar, administrasi dan pembangunan, termasuk pembangunan fisik yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. “Reward and punishment juga menjadi kata kunci keberhasilan UIN-SU merealisasikan visi misinya. Siapa saja yang menunjukkan kerja-kerja produktif patut diberikan imbalan,”lanjut pemikr produktif UINSU ini.

Saat ini lanjutnya, pegawai, staf dan dosen UINSU tidak hanya telah merasakan kebermanfaatan mereka kepada lembaga dan keumatan, tetapi juga sekaligus telah merasakan kesejahteraan yang semakin hari terus menunjukkan peningkatannya.‘Ala kulli hal, UINSU hari ini dan esok insya Allah akan terus menunjukkan kapasitasnya sebagai sebuah universitas Islam yang berkualitas dan teruji demi menjawab tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sebuah kompetisi rekayasa peradaban yang menggairahkan, mensejahterakan, sekaligus membahagiakan. Syaratnya hanya satu, yaitu Gerakan Total Produksi menjadi solusi. Semoga bermanfaat untuk peradaban umat manusia,” sambung penggiat Pemikiran,. Filsafat dan Sosiologi Hukum Islam ini. (m19)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE