MEDAN (Waspada): Kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Maruf Amin dalam enam bulan terakhir dinilai publik memuaskan. Yakni, dengan memperoleh 64,5% (sangat memuaskan+memuaskan).
Ketika ditanya tentang kondisi ekonomi rumah tangganya dalam enam bulan terakhir, 56,8% menilai kondisi ekonominya berlangsung biasa saja.
Dapat dibaca hal ini terjadi karena belum pulihnya sepenuhnya kegiatan ekonomi masyarakat pasca menurunnya Covid-19 dan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh juga. Namun demikian masih ada 27,7% yang menilai jauh lebih baik dan lebih baik dibanding dengan sebelumnya.
Hal ini mungkin terjadi karena terkendalinya penyebaran Covid-19, pelonggaran kegiatan sosial ekonomi dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya.
“Sebagian besar publik menilai, presiden mendatang tidak harus menjalankan program-program yang telah ditetapkan Presiden sebelumnya. Ada 58,1% publik yang menyatakan tidak harus dan hanya ada 30,8% yang menyatakan harus,” kata Indra Nuryadin, Peneliti Senior Lingkaran Suara Publik, terkait hasil survei elektabilitas Capres Jelang 2024, yang dipaparkannya lewat zoom meeting, Senin (20/6).
Kata dia, publik juga setuju bila Presiden melakukan pergantian menteri-menteri dalam kabinetnya. Ada 70,8% publik yang sangat setuju+setuju sementara hanya ada 8,3% saja yang tidak setuju+sangat tidak setuju.
Hal ini mungkin dipandang perlu oleh publik agar kinerja pemerintahan semakin meningkat lagi dan beberapa menteri yang diduga akan menjadi calon Presiden ataupun calon wakil dapat lebih fokus meningkatkan popularitas, likeabilitas dan elektabilitasnya.
Terkait agenda demokrasi, survei juga memotret opini publik tentang—utamanya pemilihan Presiden—semua tokoh nasional yang dianggap potensial menjadi calon Presiden dan calon wakilnya.
“Semua tokoh memiliki popularitas dan likeabilitas yang tinggi namun tetap dipuncaki oleh Prabowo. Hal ini wajar mengingat kiprahnya dalam politik nasional dalam kurun waktu 13 tahun terakhir setelah reformasi dan keberhasilannya dalam memimpin Kemhan dan diplomasi Pertahanannya dalam kancah internasional. Kemudian disusul oleh Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta); Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat); Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah); Agus H Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat) calon- calon lain yang berlatar jabatan publik lainnya,” ujarnya.
Temuan berikut adalah tingkat elektabilitas. Prabowo menjadi capres 2024 dengan tingkat elektabilitas tertinggi baik dalam format pertanyaan tertutup.
Dari hasil survei ini untuk sementara waktu belum ada capres yang secara sengit mendekati atau bahkan menyamai apalagi melewati tingkat keterpilihan Prabowo.
“Meskipun perlahan, angka elektabilitas Prabowo terus mengalami peningkatan mendekati perolehan suaranya pada pemilu 2019 lalu. dalam kondisi Prabowo yang belum menunjukkan intensinya menjadi calon Presiden baik dengan mendeklarasikan diri ataupun melakukan kerja-kerja pemenangan dia berhasil meningkatkan elektabilitasnya hingga ke 27,7%.
Hal ini juga terpotret dari kecenderungan peningkatan suara yang didapat dari hasil-hasil survei beberapa lembaga survei,” sebutnya.
Dua calon Presiden pesaing terdekat Anies dan Prabowo berada pada angka yang neck to neck dimana masing-masing berbagi angka persentase 16,8% untuk Anies dan 16,5% untuk Ganjar. Perolehan hanya berjarak 0,3% saja.
“Yang menarik adalah mulai naiknya elektabilitas Puan. Secara perlahan dia berhasil memangkas selisih dengan calon lain dan mendekati AHY dengan selisih hanya 0,4%. Bukan tidak mungkin Puan dalam beberapa bulan ke depan dapat melampaui Ganjar dan Anies,” sebutnya.
Selain itu, jika melihat pola, ada kecenderungan menarik di mana angka elektabilitas calon-calon berlatar elit Parpol mengalami penambahan elektabilitas dan calon-calon berlatar non elit parpol cenderung stagnan.
Boleh jadi hal ini terjadi karena publik melihat ada ketidakpastian pencalonan capres non elit parpol akan dicalonkan oleh Parpol.
Sehingga publik lebih memilih calon elit petinggi yang punya kencederungan kuat untuk dicalonkan.
“Ada waktu yang masih panjang bagi para calon untuk menaikkan elektabilitasnya dimana masih cukup banyak publik yang belum menentukan pilihannya,” tuturnya.
Kemudian, kata dia, survei ini mensimulasikan di mana yang capres yang dimasukkan hanya para elit partai politik saja. Hasilnya menunjukkan keuntungan bagi elektabilitas Prabowo.
Perolehan keterpilihan Prabowo meningkat menjadi 32,7%. Disusul Puan Maharani 20,1%; AHY 16,8%, Muhaimin Iskandar 10,9% dan; Airlangga Hartarto 8,8%.
Pertanyaan berikut survei juga menanyakan tingkat keyakinan publik terhadap peluang dicalonkannya beberapa calon yang punya potensial. besar oleh partai-partai politik temuannya; 68,2% publik tidak yakin Ganjar akan dicalonkan oleh PDIP sebaliknya hanya ada 10,7% yang yakin.
Hal yang berbeda terjadi pada Puan dimana yang tidak yakin ada 27, 1% dan yang Yakin 29,7% dan ada 33,8% yang ragu-ragu. Angka keyakinan terhadap Puan lebih besar dibanding Ganjar sebaliknya angka ketidakyakinan lebih besar terhadap Ganjar dibanding Puan.
“Terhadap Prabowo 80,2% publik yakin Prabowo akan dicalonkan Partai Gerindra menajdi calon Presiden 2024. Tingkat keyakinan terhadap akan dicalonkannya Anies oleh partai-partai politik rendah, dimana hanya ada 20,4% yang yakin. Paling dominan adalah publik yang tidak yakin sebesar 35,1% dan ada 25,8% yag ragu-ragu. Berikutnya hal yang sama ditanyakan juga bagi Airlangga Hartarto dan Erick Thohir dimana masing-masing memeroleh keyakinan 32,2% dan 7,8%,” katanya.
Survei juga membuat simulasi pertanyaan elektabilitas yang terdiri dari satu lawan satu (head to head) dan berpasangan dengan 3 pasang dan 2 pasang bersaing. Hasilnya ditemukan bahwa jika Prabowo bersaing satu lawan satu selalu tampil sebagai pemenang dengan perolehan persentase 37,4% (simulasi 1); 39,1% (simulasi 2); 40,4% (simulasi 3) dan; 43,3% (simulasi 4).
Pada Simulasi berpasangan dengan 3 pasang bersaing, pasangan yang menyandingkan Prabowo dengan calon lainnya seperti Ganjar, Puan, Anies dan Khofifah selalu tampil sebagai pemenang.
Namun hanya Prabowo-Ganjar yang diprediksi mampu menuntaskan persaingan dalam 1 putaran pilpres saja, sementara selebihnya tidak. Simulasi V dan VI yang tidak memasukkan Prabowo dalam persaingan menunjukkan pasangan Airlangga-Ganjar bersaing ketat dengan Anies-Ridwan Kamil (simulasi V) dan Puan-Anies bersaing ketat dengan Ganjar-Ridwan Kamil (simulasi VI). (m15).