Medan (Waspada): Budayawan Sumatera Utara (Sumut), Thomson Parningotan Hutasoit (HS), menyoroti dampak kebijakan efisiensi anggaran terhadap kalangan seniman.
Menurutnya, meskipun dampaknya belum terasa sepenuhnya, tanda-tanda penurunan aktivitas dan komunikasi dalam dunia kebudayaan mulai terlihat.
“Pasti berdampak, kalau merasakan belum, tapi mulai terasa bahwa kegiatan, komunikasi, dan koordinasi untuk kemajuan kebudayaan tidak segencar sebelumnya,” ujar Thomson HS pada Kamis (20/3) saat dijumpai Waspada di Ruang Kreatif Teater Rumah Mata di Jalan Sei Seguti Medan.
Thomson menyayangkan kondisi ini, terutama karena sebelumnya sempat ada harapan besar saat Menteri Kebudayaan dilantik, yang seharusnya meningkatkan koordinasi dan komunikasi di bidang kebudayaan. Namun kenyataannya, menurut Thomson, situasi justru seolah stagnan, tanpa langkah yang jelas.
Kreativitas Seniman Harus Mandiri
Meski demikian, Thomson menilai para seniman tidak bisa terus bergantung pada pemerintah. Ia menegaskan bahwa kalangan seniman perlu mengandalkan kreativitas mereka untuk tetap produktif, baik dalam kondisi normal maupun saat kebijakan efisiensi diterapkan.
“Kita sedikit pesimis, tapi kalau kita memiliki wilayah kreatif yang jelas, kita bisa tidak terlalu berharap pada pemerintah, baik ada efisiensi maupun tidak,” ungkapnya.
Thomson menambahkan bahwa selama masa pandemi Covid-19, pemerintah sempat menunjukkan tanggapan yang baik terhadap kebutuhan seniman. Meski terdampak secara ekonomi, kala itu para seniman tetap difasilitasi dengan ruang diskusi digital, seperti melalui Zoom Meeting, dan mendapat kiriman buku untuk menambah wawasan.
Namun saat ini, dengan alasan efisiensi, ruang diskusi dan wadah pemikiran bagi seniman dinilai mulai berkurang.
Kebudayaan dan Ekonomi Saling Berkaitan
Thomson mengingatkan bahwa kebudayaan memiliki keterkaitan kuat dengan ekonomi. Ia mencontohkan bahwa setiap pertunjukan seni melibatkan banyak aspek ekonomi, mulai dari kebutuhan kostum, tata rias, hingga tata suara.
“Kebudayaan itu basisnya ekonomi juga. Bayangkan satu pertunjukan, di situ ada banyak elemen ekonomi. Harusnya ada ide dan solusi dari pemerintah atas situasi ini,” tegasnya.
Thomson juga menyoroti isu defisit anggaran yang diklaim pemerintah. Ia berpendapat bahwa jika memang benar terjadi defisit, seharusnya informasi tersebut disampaikan secara terbuka kepada masyarakat agar semua pihak dapat memahami dan berkontribusi mencari solusi.
Perlu Inisiatif dari Pemerintah Daerah
Mencontoh langkah Gubernur Jawa Barat yang dinilai aktif mencari solusi atas berbagai permasalahan, Thomson berharap Gubernur Sumatera Utara dapat melakukan hal serupa.
Ia menyoroti bencana banjir yang baru-baru ini melanda beberapa wilayah di Sumut. Menurut Thomson, pemerintah daerah bisa memberdayakan seniman untuk berperan dalam memulihkan kondisi psikologis para korban bencana melalui seni dan hiburan.
“Seniman bisa diajak untuk ngobrol, menghibur, dan membantu korban banjir agar pulih secara mental. Jadi, ini bukan sekadar soal anggaran,” tambahnya.
Thomson menegaskan bahwa kondisi saat ini memang belum terlalu parah, namun jika dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi, dampaknya akan semakin besar. Ia berharap ada ruang bagi seniman untuk berkontribusi, berbagi ide, dan tetap berkarya meski di tengah keterbatasan anggaran.(cbud)
Teks
Budayawan Sumatera Utara (Sumut), Thomson Parningotan Hutasoit (HS)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.