MEDAN (Waspada): Dosen Universitas Medan Area (UMA) melakukan kegiatan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) kepada Kelompok Tani “Mekar Tani”di Dusun Betala Desa Sari Laba Jahe, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang.
PKM melalui program Dana DIYA (Dana Internal Yayasan) tahun ajaran 2021/2022 yang diberikan UMA kepada Dosen sebagai perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam kegiatan PKM dan Penelitian ini,tim pelaksana terdiri dari Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS, Dr. Ir. Tumpal H.S. Siregar, MS, Dr. Ir. Suswati, MP dan dibantu mahasiswa FP UMA , Fachru Yuzairi dam Ilham Hidayat.
Program PKM ini bertema:“Introduksi Teknologi Pasca Panen Karet Rakyat Untuk Meningkatkan Mutu BokarPada Kelompok Tani”, dengan sasaran di awal yaitu Kelompok Tani Desa Sari Laba Jahe.
Menurut Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS, kegiatan ini merupakan keberlanjutan dari kegiatan PKM di tahun 2019 silam di tempat yang sama dimana dengan mengintroduksi teknologi penyadapan berhasil menaikkan produksi kelompok tani.
“Hasil pengabdian yang kami lakukan denganpada tahun 2019 yang lalu, terbukti petani karet Desa Sari Laba Jahe ini mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi.Dari rata-rata hasil panen 0,18 kg/tanaman/sadap menjadi 0,28 kg/tanaman/sadap, artinya ada kenaikan produksi 40-60%. ” katanya.
Salah seorang petani karet Desa Dari Laba Jahe, Dusun Betala, Juni Tarigan mengatakan dengan adanya peran kampus UMA dalam memberikan penyuluhan dan PKM ini, mereka sangat terbantu,
dikarenakan Teknologi yang di sosialisasikan oleh Dosen UMA ini, mereka lakukan di lahan karetnya dan menghasilkan panen yang lebih banyak.
“Sejak 2019 yang lalu UMA memberikan penyuluhan kepada kami, sudah ada 5 kali pihak dari pabrik karet datang menemui saya, dikarenakan hasil karet yang lebih banyak shingga mereka ingin langsung menjembatani ke pabrik langsung, tidak melalui tengkulak,” ujarnya.
Sebagai informasi tambahan bahwa pengelolaan kebun karet dalam bentuk penyadapan dilakukan 3-4 kali seminggu dan hampir tidak dilakukan tindakan pengelolaan lainnya karena harganya yang rendah dalam 10 tahun terakhir ini.Disamping itu, sebutnya, kelompok Tani belum pernah memperoleh bimbingan teknis maupun pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan karet mereka.
Setia Budi Barus sebagai ketua Kelompok Tani juga mengatakan bahwa jarang sekali ada penyuluh yang datang dan memberikan informasi mengenai karet ini. “Dalam beberapa tahun ini saja, bisa dibilang tidak ada, bahkan kalaupun ada hanya 1 kali itu saja, setelah itu kita-kita ini tidak tahu harus mengambil langkah apalagi, ditambah lagi harga karet yang berubah-ubah,” tegasnya.
Ketua Tim PkM Dr. Ir. Sumihar Hutapea, menambahkan, metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu, diskusi, dalam bentuk diseminasi teknologi dilakukan di lokasi kelompok Mekar Tani, berselang-seling dengan pelatihan di kebun. Pelatihan, dilakukan meliputi seluruh aspek di kebun yang berhubungan dengan penanganan bokar bermutu.
Dalam kegiatan ini juga disertakan “Buku Pedoman. Kemudian negosiasi, dilakukan dengan pihak pabrikan untuk dapat meningkatkan harga beli terhadap bokar yang memenuhi syarat baku. Studi banding, dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan, pengurus Kelompok Mekar Tani dan Dinas Perindustrian.
Dr. Ir. Tumpal H.S. Siregar, MS menambahkan, penanganan getah bersih pada wadah penampung ini adalah teknologi dimana penampung lateks yang di pakai terbuat dari bahan plastic bukan tempurung, lengkap dengan talang tempat lateks mengalir. Selanjutnya, bokar atau hasil dari lateks yang menggumpal tadi dilakukan pengepresan agar kadar airnya menurun, sehingga satuan berat yang kelak akan dijual meningkatkan mutu Kadar Karet Kering (KKK). Jadi nantinya bokar yang dihasilkan petani ini yang sebelumnya kotor, menjadi lebih bersih dan bernilai ekonomi lebih tinggi. Bokar yang sudah bersih dengan KKK yang tinggi selanjutnya dilakukan negosiasi dengan pihak pabrik agar nilai jualnya bertambah. (m19)