MEDAN (Waspada): Delegasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, dipimpin Ketua Umum MUI Sumut, Dr. Maratua Simanjuntak, melakukan ziarah ke makam Imam Abu Mansur Al-Maturidi, di Samarkand seorang tokoh besar dalam sejarah Islam.
Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda ilmiah MUI Sumut di Uzbekistan, dalam rangka memperdalam wawasan tentang para ulama berpengaruh dari Asia Tengah, yang menjadi pusat peradaban Islam pada masanya.
Rombongan tiba di Kompleks Makam pada Senin (4/11) pukul 15.15 waktu setempat. Untuk mencapai makam, para anggota rombongan harus berjalan kaki sejauh 200 meter, karena bus tidak dapat memasuki area makam yang sakral. Di tempat tersebut, rombongan melaksanakan pembacaan tahtim dan doa yang dipimpin oleh KH Akhyar Nasution, sebagai bentuk penghormatan kepada Imam Al-Maturidi, sosok yang dikenal karena sumbangsihnya dalam merumuskan dan menjaga kemurnian ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
Imam Abu Mansur Al-Maturidi, yang memiliki nama lengkap Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi, adalah seorang ahli kalam dan tokoh teologi Islam berpengaruh pada masanya. Berasal dari Samarkand, beliau berhasil mematahkan berbagai paham menyimpang dengan argumentasi yang kuat dan logis, serta mempertahankan ajaran Islam yang lurus dan sesuai dengan sunnah Rasulullah dan para Sahabat.
Ketua Umum MUI Sumut, Dr. Maratua Simanjuntak, menegaskan bahwa kunjungan ini bukan sekadar ziarah, tetapi juga sarana untuk mengingat kembali kontribusi besar Imam Al-Maturidi dalam menjaga ajaran Islam yang murni. “Ulama yang kita ziarahi ini, Imam Abu Mansur Al-Maturidi, adalah salah satu dari dua imam besar yang merumuskan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Bersama Abu Musa Al-Asy’ari, beliau berperan penting dalam meluruskan paham-paham yang menyimpang di zamannya,” tutur Buya Maratua.
Lebih lanjut, Buya Maratua menjelaskan bahwa sebagai ahli kalam dan aqidah, Imam Abu Mansur Al-Maturidi banyak berjasa dalam mengembalikan paham yang menyimpang kepada ajaran Islam yang asli. “Pada masa itu, banyak paham menyimpang seperti Mu’tazilah dan Qadariyah yang berkembang di kawasan ini. Imam Al-Maturidi, dengan ilmunya, mampu meluruskan paham-paham tersebut dan kembali mengajarkan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan para Sahabat,” tambahnya.
Imam Al-Maturidi dikenal pula dengan gelar Rais Ahlussunnah (Pemimpin Ahlussunnah) dan al-Imam al-Zahid (Pemimpin yang Zuhud), karena keteguhannya dalam ilmu dan kesederhanaannya dalam hidup. Beberapa tokoh besar juga tercatat sebagai muridnya, termasuk Abu Bakar Ahmad al-Juzjani, Abu Nashr Ahmad al-‘Iyadh, dan Nushair bin Yahya al-Balkhi, yang turut menyebarkan ajarannya di berbagai penjuru wilayah.
Rombongan juga menemukan batu batu nisan disamping makam Imam Maturidi yang diyakini oleh arkiolog bahwa dulu makam ini ada 6 tingkat, dan batu batu ini adalah bagiannya.
Ziarah ini meninggalkan kesan mendalam bagi rombongan MUI Sumut. “Ini bukan hanya tentang mengenang tokoh besar, tapi juga menghidupkan kembali semangat memperjuangkan Islam yang lurus dan moderat, sesuai yang diajarkan para pendahulu kita,” tutup Buya Maratua.
Kunjungan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi umat Islam, khususnya di Indonesia, untuk terus menjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah dalam kehidupan sehari-hari, serta meneruskan perjuangan ulama terdahulu yang senantiasa mengutamakan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.(m22)
Waspada/ist
Delegasi MUI Sumatera Utara, dipimpin Ketua Umum MUI Sumut, Dr. Maratua Simanjuntak,ziarahi makam Imam Abu Mansur Al-Maturidi, di Samarkand seorang tokoh besar dalam sejarah Islam.